Dailykaltim.co, Penajam – Penanganan malaria di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) tak lagi bergantung pada rumah sakit sebagai benteng terakhir. Kini, diagnosis dan intervensi dini dilakukan langsung dari tingkat paling bawah: kader kesehatan yang tersebar di berbagai fasilitas layanan kesehatan (faskes) dan pos malaria di kawasan rawan.

“Masih lewat Faskes. Jadi kita kan ada kader, kader itu diberikan kewenangan untuk memberikan obat karena dia juga bisa membaca Rapid Diagnostic Test (RDT) dilatih untuk melakukan pemeriksaan cepat,” kata Penata Kelola Layanan Kesehatan Dinas Kesehatan PPU, Harjito Ponco Waluyo.

Langkah ini bukan sekadar efisiensi, tapi strategi mitigasi dini. Di daerah-daerah yang sulit dijangkau, kader malaria menjadi semacam paramedis lokal yang mampu mengidentifikasi gejala, melakukan pemeriksaan cepat dengan alat RDT, dan langsung mendistribusikan obat bagi pasien dengan kasus ringan.

Lebih dari itu, sistem ini dibentengi dengan jejaring komunikasi internal yang memungkinkan kader untuk tidak bekerja sendirian. 

“Dia bisa memberikan obat untuk kasus malaria yang ringan, tetapi kalau malaria yang berat itu biasanya itu ada forum kita, ada grupnya, mereka bisa konsultasi untuk rekomendasi rujukan,” ujar Harjito.

Dalam forum internal yang digerakkan oleh Dinas Kesehatan itu, seluruh kader, petugas faskes, hingga penyuluh kesehatan lingkungan terhubung. Ketika ada potensi kasus berat, konsultasi cepat dilakukan, dan rujukan ke fasilitas kesehatan lanjutan bisa segera dieksekusi.

Meski begitu, sejauh ini langkah pencegahan dini itu dinilai cukup efektif. Harjito mengungkapkan bahwa kasus malaria berat praktis tidak lagi ditemukan di wilayah PPU berkat keberadaan sistem deteksi awal berbasis komunitas ini. 

“Tetapi kita alhamdulillah karena sudah ada garda terdepan tidak lagi ditemukan kasus malaria berat karena semua sudah tertangani dari awal,” katanya.

 

Exit mobile version