Dailykaltim.co, Penajam – Menumbuhkan minat baca di masyarakat tak cukup hanya dengan membangun gedung perpustakaan dan mengisi raknya dengan ribuan buku. Bagi Sekretaris Dinas Perpustakaan dan Arsip (Dispusip) Penajam Paser Utara (PPU), Aswar Bakri, literasi adalah hasil dari kerja kolektif yang melibatkan lima pilar utama dalam masyarakat. Dan perpustakaan, kata dia, hanyalah satu dari kelimanya.
“Yang pertama sebenarnya itu tonggak pertama adalah keluarga. Terutama orang tua. Bagaimana orang tua itu jadi role model anak-anak untuk membaca, menumbuhkan minat baca,” kata Aswar saat ditemui di kantornya.
Pilar pertama ini, menurutnya, sangat mendasar. Kebiasaan membaca tidak tumbuh dari ruang hampa. Anak-anak, sebelum mengenal sekolah atau perpustakaan, tumbuh di dalam rumah. Maka kehadiran orang tua yang gemar membaca, yang menjadikan buku sebagai bagian dari keseharian keluarga, akan menjadi contoh paling kuat dalam membentuk kebiasaan serupa pada anak-anak mereka.
Pilar kedua adalah lingkungan. Bagi Aswar, ini mencakup dua hal sekaligus: masyarakat dan infrastruktur. Ia menekankan pentingnya membangun atmosfer yang mendukung kegiatan membaca. Baik melalui komunitas baca, taman bacaan masyarakat, hingga tersedianya ruang publik yang mendorong interaksi dengan buku dan bahan bacaan.
“Yang kedua kemudian lingkungan. Lingkungan ini baik orang-orang di sekitarnya maupun kondisi lingkungannya,” ucapnya.
Barulah pada posisi ketiga, perpustakaan hadir sebagai institusi formal yang menyediakan akses terhadap literatur. Ia menyebut bahwa perpustakaan tetap memegang peran vital, tetapi bukan satu-satunya aktor yang bertanggung jawab dalam ekosistem literasi.
“Yang ketiga itu baru perpustakaan,” lanjutnya.
Pilar keempat, yang sering luput dari perhatian, adalah penerbit. Dalam pandangan Aswar, penerbit memegang peran besar dalam memastikan kualitas dan keragaman buku yang tersedia di pasar. Buku yang baik, relevan, menarik, dan kontekstual akan jauh lebih efektif dalam menarik pembaca dibandingkan judul-judul generik atau produk daur ulang yang miskin substansi.
“Kemudian yang keempat itu ada penerbit, kita bicara kualitas dan keragaman buku,” ujarnya.
Dan pilar terakhir, menurutnya, adalah pemerintah. Di sinilah kebijakan, anggaran, dan keberpihakan harus dibuktikan. Pemerintah daerah, termasuk lembaga seperti Dispusip, tidak boleh berhenti hanya pada wacana literasi.
Perlu intervensi yang konkret dan terukur: program berkelanjutan, pembangunan infrastruktur, penguatan sumber daya manusia pustakawan, serta dukungan anggaran yang memadai.
“Dan yang terakhir itu adalah pemerintah, karena pemerintah yang punya kebijakan,” tegas Aswar.
[RRI | ADV DISKOMINFO PPU]
*Dapatkan berita pilihan terbaru setiap hari dari Dailykaltim.co. Informasi terbaru juga dapat dilihat dan diikuti di seluruh media sosial Dailykaltim.co termasuk Instagram, Facebook, X (twitter), Tiktok dan Youtube.