Dailykaltim.co, Kutim – Desa Sepaso Timur, Kecamatan Bengalon, menjadi titik fokus kunjungan kerja Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kutai Timur (Kutim) dalam program Cap Jempol Stop Stunting. Kegiatan ini menyoroti pentingnya pemutakhiran data By Name By Address (BNBA) dan kolaborasi lintas sektor dalam mencegah risiko stunting.
Sekretaris TPPS Kutim, Achmad Junaidi B, menyampaikan bahwa di lokasi fokus (lokus) pertama, data BNBA sudah cukup untuk menentukan program yang tepat bagi keluarga berisiko stunting.
“Keluarga di sini sudah mengikuti program KB, tetapi masih membutuhkan jamban layak. Ini harus ditindaklanjuti Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (Perkim) agar indikator sanitasi terpenuhi,” ujarnya.
Namun, di lokus kedua, data BNBA belum diperbarui. Junaidi menekankan perlunya validasi ulang agar intervensi lebih tepat sasaran, terutama bagi ibu menyusui dan bayi.
“Di lokus kedua terkait kesehatan ibu dan anak. Ini sejalan dengan program Bupati untuk menekan angka stunting,” tegasnya.
Ia meminta Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) segera memperbarui data agar bisa terbaca di sistem aplikasi.
Junaidi mengapresiasi semangat kader, Tim Pendamping Keluarga (TPK), dan perangkat desa yang tetap antusias mengikuti kegiatan dalam dua sesi.
“Semangat ini harus ditularkan ke tingkat bawah melalui pendekatan jemput bola secara berjenjang,” pesannya.
Ia juga meminta Plt Camat Bengalon memimpin verifikasi data BNBA secara langsung dengan melibatkan RT, TPK, PLKB, dan kepala desa.
“Duduk bersama 1-2 jam, verifikasi data per keluarga. Jika meragukan, kunjungi langsung lokasi. Pastikan hanya keluarga berisiko yang masuk data, dan tentukan program sesuai kebutuhan,” tegasnya.
Ia menegaskan bahwa penanganan stunting harus dilakukan dengan langkah nyata. “Kalau data tidak valid, segera cancel dari sistem. Ini bukan sekadar administratif, tapi menyangkut nyawa generasi penerus,” tandasnya.
Junaidi berharap Plt Camat Bengalon dapat mengkoordinasikan verifikasi data secara masif untuk memastikan tidak ada keluarga berisiko stunting yang terlewat atau salah sasaran. “Target kita jelas, ibu dan anak sehat, sanitasi layak, dan data akurat sebagai dasar kebijakan,” pungkasnya.
Plt Camat Bengalon, Permana Lestari, menyoroti temuan saat kunjungan lapangan, di mana beberapa keluarga berisiko stunting belum memiliki jamban layak, meski telah mengikuti program KB. “Anak-anak mereka masih kecil, empat orang, dengan ibu yang menikah di usia 13 tahun. Ini butuh edukasi pencegahan pernikahan dini,” ujarnya. Ia juga mengapresiasi program Cap Jempol Stop Stunting yang telah menjangkau 14 kecamatan dan berharap kolaborasi dengan desa semakin diperkuat agar intervensi lebih tepat sasaran.
“Saya pastikan dukungan penuh agar program ini berjalan optimal, termasuk mengubah penghargaan yang diterima jadi lebih baik,” tambahnya.
Kunjungan ini merupakan bagian dari upaya sistematis Pemkab Kutai Timur dalam mempercepat penurunan stunting dengan memanfaatkan data akurat, memperkuat kolaborasi lintas sektor, dan meningkatkan keterlibatan masyarakat. Dengan langkah ini, Desa Sepaso Timur diharapkan dapat menjadi contoh lokus penanganan stunting berbasis data yang transparan dan terukur.
[UHD]
*Dapatkan berita pilihan terbaru setiap hari dari Dailykaltim.co. Informasi terbaru juga dapat dilihat dan diikuti di seluruh media sosial Dailykaltim.co termasuk Instagram, Facebook, X (twitter), Tiktok dan Youtube.