Dailykaltim.co – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menegaskan komitmennya memperkuat industri refraktori nasional agar lebih mandiri dan berdaya saing di pasar global. Industri ini memegang peranan penting dalam mendukung proses hilirisasi, terutama pada sektor smelter untuk mineral logam maupun nonlogam, termasuk hilirisasi nikel.

Direktur Industri Semen, Keramik, dan Pengolahan Bahan Galian Nonlogam, Putu Nadi Astuti, menyebut bahwa sektor industri kimia, farmasi, dan tekstil (IKFT) turut menjadi penopang perekonomian nasional.

“Sektor industri kimia, farmasi, dan tekstil (IKFT) telah menunjukkan perannya sebagai salah satu penopang utama perekonomian nasional, yang tercermin melalui laju pertumbuhan yang cukup stabil, dan kontribusi signifikan pada pertumbuhan ekonomi, perdagangan, serta investasi di dalam negeri,” ujarnya di Jakarta, Kamis (31/7).

Meski berkontribusi cukup besar, industri refraktori nasional masih menghadapi tantangan serius. Putu menjelaskan, rata-rata utilisasi industri refraktori sejak 2020 hingga 2024 hanya 33,78 persen dari total kapasitas terpasang, dengan pangsa pasar domestik baru mencapai 12,54 persen. Kebutuhan dalam negeri masih didominasi produk impor, di mana 88 persen di antaranya berasal dari Tiongkok. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, impor semen tahan api dan bata tahan api sepanjang periode tersebut mencapai 891.434 ton dengan nilai USD 588,90 juta.

Untuk mengatasi kondisi tersebut, Kemenperin mendorong sinergi berkelanjutan antara produsen refraktori lokal dan industri smelter.

“Kami berharap, upaya ini mampu meningkatkan utilitas industri refraktori nasional dan efisiensi industri smelter, serta menciptakan kemandirian industri dan menguatkan rantai pasok nasional yang selaras dengan arah kebijakan pembangunan industri nasional,” kata Putu.

Langkah konkret yang dilakukan Kemenperin melalui Direktorat ISKPBGN salah satunya adalah penyelenggaraan Business Matching Industri Refraktori Nasional pada 9 Juli 2025 di Jakarta. Forum ini mempertemukan produsen refraktori dengan industri pengguna, sekaligus menyesuaikan spesifikasi produk agar sesuai dengan kebutuhan smelter.

Ketua Umum Asosiasi Refraktori dan Isolasi Indonesia (ASRINDO), Riko Heryanto, menyambut baik upaya tersebut dan menyatakan dukungan penuh terhadap program hilirisasi nasional. ASRINDO menargetkan kenaikan utilisasi kapasitas produksi dari 30 persen menjadi 70–80 persen.

“Jika tercapai, ekspansi industri refraktori bisa dilakukan dan menopang target pertumbuhan ekonomi nasional,” ujarnya.

[UHD]
*Dapatkan berita pilihan terbaru setiap hari dari Dailykaltim.co. Informasi terbaru juga dapat dilihat dan diikuti di seluruh media sosial Dailykaltim.co termasuk Instagram, Facebook, X (twitter), Tiktok dan Youtube.

Exit mobile version