Dailykaltim.co, Paser – Paser Briket, sebuah inovasi arang berbahan tempurung kelapa dari Desa Pepara, Kecamatan Tanah Grogot, Kabupaten Paser, berhasil masuk dalam sepuluh besar inovasi terbaik pada lomba produk unggulan desa yang diselenggarakan oleh Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (DPMPD) Provinsi Kaltim. Penilaian dilakukan oleh tim verifikasi lapangan untuk menentukan inovasi terbaik dari 841 desa yang ada di Kalimantan Timur tahun ini.

Zidan, inovator di balik Paser Briket, menyatakan bahwa ide ini muncul karena banyaknya tempurung kelapa di Desa Pepara yang tidak dimanfaatkan. Usahanya ini dijalankan dengan dana pribadi tanpa dukungan dari pihak manapun.

“Tujuan kami bukan hanya untuk mengurangi limbah tempurung kelapa, tetapi juga untuk meningkatkan ekonomi masyarakat dan membuka lapangan kerja,” kata Zidan di Tanah Grogot, Jumat (5/7/2024).

Selain mengelola Paser Briket, Zidan juga terlibat dalam pengelolaan bank sampah Binsik Paser yang dibina oleh Kodim 0904 Paser, yang disebut sebagai bank sampah terbesar di Kaltim. Produk briket arangnya diklaim sebagai satu-satunya di Kaltim dan ramah lingkungan, yang telah teruji klinis di laboratorium.

Dibuat pada suhu 250-300°C, Paser Briket memiliki tekstur padat dan tidak mudah rusak, sehingga bisa dipadamkan dan digunakan kembali. Proses pembuatan briket ini melibatkan pengumpulan dan penyortiran batok kelapa, pembakaran, pemanenan, pengayakan, penggilingan, pemadatan, pencetakan, penjemuran, dan pengemasan.

Zidan menyebutkan bahwa setiap bulan ia mampu memproduksi 1.800 hingga 2.000 kilogram briket untuk memenuhi kebutuhan pasar di Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, DKI Jakarta, bahkan hingga ke luar negeri.

Berkat inovasinya, Zidan diundang oleh Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi UKM (Disperindagkop UKM) Kaltim untuk mengikuti pelatihan ekspor dan pemasaran ke luar negeri. Permintaan ekspor datang dari beberapa negara, dengan sampel arang yang sudah dikirim ke Uni Emirat Arab, Turki, Abu Dhabi, dan Malaysia, dengan respon positif dari dua negara terakhir.

“Tapi kami belum bisa memenuhi permintaan ekspor karena minimal harus satu kontainer atau 20 ton. Kedepan, bahan baku akan kami datangkan dari daerah lainnya di Kaltim,” ucap Zidan.

Selain kendala bahan baku, Zidan juga menghadapi masalah alat produksi karena tidak memiliki oven untuk pemanasan dan hanya mengandalkan panas matahari untuk penjemuran yang memakan waktu dua jam.

“Cita-cita saya adalah bisa ekspor perdana produk unggulan desa dari Paser dan bekerja sama dengan badan usaha,” harap Zidan.

[RRI]

*Dapatkan berita pilihan terbaru setiap hari dari Dailykaltim.co. Informasi terbaru juga dapat dilihat dan diikuti di seluruh media sosial Dailykaltim.co termasuk Instagram, Facebook, X (twitter), Tiktok dan Youtube.

Exit mobile version