Dailykaltim.co, Penajam – Di tengah upaya menjaga produktivitas sekaligus efisiensi usaha, pembudidaya perikanan di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) kini semakin banyak yang mengadopsi sistem polikultur—yakni teknik budidaya yang menggabungkan lebih dari satu jenis komoditas dalam satu ekosistem tambak.
Pendekatan ini dinilai tidak hanya memperkuat ketahanan produksi, tetapi juga menekan risiko kerugian akibat fluktuasi harga pasar.
Kepala Bidang Perikanan Budidaya dan Lingkungan Dinas Kelautan dan Perikanan (Diskan) PPU, Musakkar, menyebut bahwa sistem ini sangat ideal diterapkan di wilayah pesisir PPU.
“Tiga komoditas (bandeng, udang dan rumput laut) ini bisa dalam satu ekosistem karena dia polikultur kan. Hasil paling besar di PPU yah tadi rumput laut (jenis sangu-sangu),” ungkapnya.
Rumput laut jenis sangu-sangu memang menjadi tulang punggung produksi perikanan budidaya di PPU, khususnya di wilayah Babulu dan sekitarnya. Komoditas ini tidak hanya mudah dibudidayakan di tambak air payau, tetapi juga memiliki pasar yang stabil di industri pengolahan bahan makanan dan kosmetik.
Namun, bukan berarti bandeng dan udang menjadi pelengkap semata. Musakkar menegaskan bahwa kontribusi bandeng dalam total produksi juga signifikan.
“Bandeng itu, produksi kita pada bandeng cukup banyak juga. Paling tidak ada 30 persennya dari itu (porsi budidaya),” katanya.
Meski begitu, pola panen bandeng cenderung mengikuti dinamika permintaan pasar. Hal ini dilakukan agar harga jual tetap stabil dan tidak merugikan pembudidaya.
“Kalau bandeng ini kan, informasi dari pembudidaya, mereka panen setelah ada permintaan. Karena kalau mereka panen total, harganya jatuh,” tutup Musakkar.
[RRI | ADV DISKOMINFO PPU]
*Dapatkan berita pilihan terbaru setiap hari dari Dailykaltim.co. Informasi terbaru juga dapat dilihat dan diikuti di seluruh media sosial Dailykaltim.co termasuk Instagram, Facebook, X (twitter), Tiktok dan Youtube.