Dailykaltim.co, Penajam – Di tengah seruan untuk meningkatkan indeks literasi nasional, Sekretaris Dinas Perpustakaan dan Arsip (Dispusip) Penajam Paser Utara (PPU), Aswar Bakri, mengajak publik untuk memaknai ulang arti membaca.
Menurutnya, membaca bukan sekadar aktivitas teknis mengenali huruf dan kata, melainkan hasil dari kebiasaan dan budaya yang dibentuk secara berulang—dan semua itu harus dimulai dari satu hal mendasar: minat baca.
“Kalau kita mau ambil contohnya misalnya Jepang, mereka sangat maju sekali dengan itu. Manga-manga itu tersedia di mana saja,” ujar Aswar.
Ia mencontohkan bagaimana masyarakat Jepang membangun budaya literasi tidak melalui jalur kaku, tetapi dengan pendekatan populer yang dekat dengan keseharian warganya.
Komik atau manga bukan hanya hiburan semata, tetapi pintu masuk ke dalam dunia pengetahuan, sejarah, dan nilai-nilai sosial yang dikemas dalam cerita visual. Dari kebiasaan membaca komik itu, menurut Aswar, tumbuhlah tradisi membaca yang lebih luas.
“Karena membaca sudah jadi budaya. Bisa jadi budaya kalau dimulai dengan kebiasaan. Kebiasaan itu muncul karena ada minat baca dan daya baca. Ada yang baca dan ada yang dibaca,” katanya menegaskan.
Di Indonesia, termasuk di PPU, tantangan utama bukan pada ketersediaan bacaan semata, tetapi membangun kebiasaan untuk membaca. Aswar menjelaskan bahwa banyak warga yang sebenarnya bisa membaca secara teknis, namun belum tumbuh kesadaran untuk menjadikan membaca sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari.
“Nah, ya ini segala sesuatunya itu tentu ada akarnya. Kalau kita bicara baca membaca, sebenarnya itu pengertian paling tradisional dari pengertian yang sempit dari literasi,” ujarnya.
Literasi, lanjut Aswar, tidak hanya berhenti pada kemampuan membaca. Dalam makna yang lebih luas, literasi mencakup kemampuan memahami, mengolah, dan menggunakan informasi secara kritis. Namun ia menekankan bahwa sebelum bicara tentang literasi digital, literasi finansial, atau jenis literasi lainnya, hal paling dasar yang harus dibangun adalah minat baca.
“Membaca sendiri itu sebenarnya bukan hanya perlu mengetahui minat baca. Tadi saya bilang ada minat baca. Minat baca itu motivasi yang timbul secara sukarela,” katanya.
Tanpa minat, kata dia, membaca akan menjadi aktivitas yang berat, tidak menyenangkan, dan tidak menghasilkan makna yang mendalam. Sebaliknya, ketika seseorang membaca karena terdorong oleh rasa ingin tahu dan kesadaran pribadi, maka informasi yang didapat akan tertanam lebih kuat.
“Jadi orang kalau punya minat baca membaca berbeda dengan orang yang tidak berminat membaca. Kalau orang membaca dengan minat baca, itu apa yang dia baca bisa dia maknai,” tegas Aswar.
[RRI | ADV DISKOMINFO PPU]
*Dapatkan berita pilihan terbaru setiap hari dari Dailykaltim.co. Informasi terbaru juga dapat dilihat dan diikuti di seluruh media sosial Dailykaltim.co termasuk Instagram, Facebook, X (twitter), Tiktok dan Youtube.