Dailykaltim.co, Penajam – Perkembangan teknologi penangkapan ikan yang kian pesat di wilayah pesisir Penajam Paser Utara (PPU) membawa dampak ganda. Di satu sisi, nelayan lebih mudah dan cepat menemukan titik-titik potensial tangkapan. 

Namun di sisi lain, kemudahan ini mulai memperlihatkan dampak ekologis yang mengkhawatirkan: penurunan populasi ikan secara signifikan. Kepala Bidang Perikanan Tangkap dan Perizinan, Dinas Perikanan dan Kelautan (Diskan) PPU, Lomo Sabani, menyebut kondisi ini sebagai sinyal over fishing.

“Kalau over fishing, kita menghitungnya berdasarkan populasi ikan di PPU. Misalnya ada 1.000, tetapi namanya populasi ini terus berkembang dari yang kecil ke besar,” kata Lomo menjelaskan dasar perhitungannya. 

Menurut dia, over fishing bukan sekadar soal jumlah ikan yang ditangkap, melainkan juga soal kecepatan regenerasi populasi ikan dibandingkan dengan kecepatan penangkapan.

Fenomena ini semakin terasa seiring peningkatan jumlah kapal tangkap dan pemanfaatan teknologi modern seperti GPS dan fish finder. Kemudahan dalam melacak gerombolan ikan membuat frekuensi dan volume tangkapan meningkat secara drastis. Namun ironisnya, banyak ikan yang tertangkap justru belum cukup umur atau berukuran kecil, sehingga mengganggu siklus reproduksi dan keseimbangan populasi.

“Terus sekarang kita punya kapal semakin banyak dan teknologi juga semakin canggih karena ada GPS dan fish finder,” ujar Lomo. 

Ia menekankan bahwa teknologi memang mempermudah kerja nelayan, tetapi tanpa regulasi dan pengawasan yang ketat, keunggulan ini bisa berubah menjadi ancaman jangka panjang bagi kelestarian perairan.

“Jadi banyak ikan yang ditangkap kecil-kecil. Nah, misalnya setahun ditangkap 100 ton, ternyata yang sudah tertangkap 150 ton. Itu hitungannya sudah over fishing,” lanjutnya.

Perhitungan kasar yang digunakan Lomo bukan tanpa dasar. Ia menjelaskan bahwa jika volume tangkapan melebihi estimasi pertumbuhan populasi dalam satu tahun, maka bisa dipastikan telah terjadi eksploitasi berlebih atau over fishing. 

Kondisi ini bisa berdampak luas, mulai dari hilangnya jenis-jenis ikan tertentu hingga menurunnya pendapatan nelayan secara perlahan karena hasil tangkapan terus menyusut.

Meski begitu, Lomo juga mengakui bahwa membuat estimasi pasti mengenai over fishing tidak mudah. Banyak variabel yang harus dikaji, termasuk data ilmiah populasi ikan, jenis alat tangkap yang digunakan, hingga perilaku nelayan di masing-masing zona tangkap. Namun, tren penurunan populasi secara konsisten sudah cukup menjadi peringatan.

“Kalau dihitung secara kasar memang agak sulit, tetapi kalau berdasarkan data memang misalnya populasi ikannya sudah mulai berkurang,” tutup Lomo.

[RRI | ADV DISKOMINFO PPU]

*Dapatkan berita pilihan terbaru setiap hari dari Dailykaltim.co. Informasi terbaru juga dapat dilihat dan diikuti di seluruh media sosial Dailykaltim.co termasuk Instagram, Facebook, X (twitter), Tiktok dan Youtube.

Exit mobile version