Dailykaltim.co – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) membuka akses infrastruktur riset dan inovasi bagi semua pihak, termasuk peneliti dari perguruan tinggi, komunitas masyarakat, pemerintah daerah, dan lembaga swadaya masyarakat.

Hal tersebut disampaikan Direktur Penguatan Kemitraan dan Infrastruktur Riset dan Inovasi BRIN, Salim Mustofa, dalam acara Temu Bisnis Bidang Kesehatan di Gedung B.J. Habibie, Jakarta, Kamis (30/5/2024).

Salim menjelaskan, BRIN memiliki sejumlah laboratorium kesehatan, termasuk Laboratorium Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi (LTKMR) yang dilengkapi spektometer gamma, TLD reader, irradiator gamma, dan fasilitas kalibrasi alat ukur radiasi. Ada juga Laboratorium Genomik di KST Ir. Soekarno Cibinong, yang terdiri dari 40 laboratorium terbagi dalam tiga kelompok: preparasi, proses, dan karakterisasi.

“Fasilitas Laboratorium Genomik ini menyediakan peralatan riset mutakhir untuk bioteknologi dan rekayasa molekuler bagi publik. Ini diproyeksikan sebagai fasilitas riset nasional untuk menghasilkan produk-produk berguna berbasis rekayasa biologi molekuler seperti material herediter, sekuens DNA & RNA, gen sintetik, vaksin, dan protein farmasetik berbasis bahan lokal,” ujar Salim, Jumat (31/5/2024).

Laboratorium ini juga dapat berfungsi sebagai pusat pertukaran ilmu pengetahuan di tingkat regional dan internasional. Salah satu fasilitas unggulannya adalah Lab Cryo-EM, yang merupakan laboratorium terlengkap di Asia Tenggara untuk biologi struktural, termasuk pengembangan obat berbasis struktur dan biologi molekuler struktural.

BRIN juga memiliki fasilitas laboratorium Biosafety Level dua (BSL-2), Biosafety Level tiga (BSL-3), dan Animal Biosafety Level 3 (ABSL-3) untuk penelitian patogen hingga uji klinis.

“Tujuan konsep biosafety laboratorium bukan hanya melindungi kualitas produk penelitian, tetapi juga pekerja dengan agen infeksius di dalam laboratorium serta lingkungan sekitarnya,” jelas Salim.

Laboratorium berdasarkan tingkat biosafety dikelompokkan menjadi empat: BSL-1 untuk Bacillus subtilis dan E. coli; BSL-2 untuk Hepatitis B, Hepatitis C, dan Salmonella; BSL-3 untuk Anthrax, HIV, dan Mycobacterium tuberculosis; dan BSL-4 untuk Virus ebola zaire dan hantavirus. Lab ini juga digunakan untuk pengembangan vaksin.

“Lab animal biosafety level non-human primate (ABSL-2 NHP, ABSL-3 NHP) digunakan untuk pengujian praklinis menggunakan hewan coba seperti makaka atau monyet, dan fasilitas berstandar CPOB untuk produksi terbatas vaksin,” tambah Salim.

BRIN juga memiliki laboratorium bioteknologi untuk preparasi, analisa, karakterisasi, dan pengujian di bidang kimia, hayati lingkungan, kesehatan, dan pertanian. Lab standardisasi bahan baku obat berfungsi untuk riset dan layanan pengujian dalam standardisasi bahan baku obat tradisional (BBOT). Ada juga lab Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) untuk mempercepat hilirisasi hasil penelitian dan pengembangan bahan baku obat berbasis tanaman tradisional.

BRIN menyediakan berbagai jenis kerja sama pemanfaatan infrastruktur bagi mitra, termasuk pengujian kustomisasi melalui lab yang tersedia, fasilitasi industri dengan mengirimkan proposal kerja sama, dan seleksi mitra pengelola infrastruktur sesuai aturan yang berlaku. Semua informasi ini dapat diakses melalui link https://elsa.brin.go.id/.

[RRI]

*Dapatkan berita pilihan terbaru setiap hari dari Dailykaltim.co. Informasi terbaru juga dapat dilihat dan diikuti di seluruh media sosial Dailykaltim.co termasuk Instagram, Facebook, X (twitter), Tiktok dan Youtube.

Exit mobile version