Dailykaltim.co, Penajam – Di tengah heningnya hutan di kawasan kilometer 32 hingga kilometer 56 Penajam Paser Utara (PPU), sekelompok kecil kader kesehatan menjalankan tugas senyap namun vital: mencegah penyebaran malaria hingga ke akar-akarnya. Bekerja dalam diam, mereka menjemput risiko langsung di jalur perlintasan para pekerja hutan.

“Di sana itu, kader-kader malaria ini baik itu datang dari rumah ke rumah, dan ada juga yang di kilometer 32 itu ada pos malaria hutan, di situ ada kader 10 orang,” kata Penata Kelola Layanan Kesehatan Dinas Kesehatan PPU, Harjito Ponco Waluyo.

Upaya ini bukanlah sebatas pencatatan atau pengumpulan data administratif. Di titik-titik rawan yang jauh dari jangkauan fasilitas kesehatan formal, para kader menjalankan sistem skrining aktif—dikenal sebagai Active Case Finding (ACF). Tidak menunggu pasien datang mengadu ke Puskesmas, justru petugas yang menyisir langsung tempat tinggal dan lokasi kerja masyarakat yang rentan terpapar.

“Selain mereka portal, jadi yang keluar masuk hutan itu dites, mereka juga screening ACF untuk ada yang positif itu didatangi kerumah-rumah,” tambah Harjito.

Langkah ini menjadi penting karena area tersebut merupakan jalur migrasi tenaga kerja hutan dan lokasi aktivitas reboisasi atau pencarian kayu yang padat. Banyak dari mereka bukan penduduk lokal, dan tidak tercakup dalam sistem pencatatan kependudukan maupun layanan kesehatan rutin. Di situlah para kader berperan sebagai garda depan yang tidak hanya mendeteksi, tetapi juga mengedukasi dan memutus rantai penularan secara dini.

Menurut Harjito, skrining tidak hanya terbatas di sekitar kilometer 32. “Itu kemarin sampai ke Kilometer 56, mereka melakukan screening itu.” Artinya, wilayah pantauan meluas hampir menyentuh area perbatasan dengan Kabupaten Kutai Kartanegara, tempat lalu lintas pekerja hutan semakin masif seiring meningkatnya kegiatan ekonomi di wilayah IKN dan sekitarnya.

Namun kerja sunyi ini tak lepas dari dukungan pendanaan eksternal. Tanpa sokongan dari global funding (dana hibah global), kegiatan berisiko tinggi semacam ini akan sulit terlaksana secara berkelanjutan.

“Untuk pendanaannya didanai oleh global funding melalui Perdhaki (Persatuan Karya Dharma Kesehatan Indonesia) yang mengelola itu,” ungkap Harjito.

[RRI | ADV DISKOMINFO PPU]
*Dapatkan berita pilihan terbaru setiap hari dari Dailykaltim.co. Informasi terbaru juga dapat dilihat dan diikuti di seluruh media sosial Dailykaltim.co termasuk Instagram, Facebook, X (twitter), Tiktok dan Youtube.

Exit mobile version