Amir menjelaskan bahwa rembuk ini diadakan untuk mempercepat penurunan stunting di Kabupaten Paser.
“Rembuk stunting ini untuk mengintervensi pelaksanaan penurunan stunting di setiap kecamatan,” ujarnya.
Menurut Amir, upaya pencegahan dan penurunan stunting melalui kegiatan intervensi serentak akan dilaksanakan secara nasional pada Juli 2024. Oleh karena itu, diperlukan sinergitas lintas sektor agar rencana penurunan stunting bisa terwujud.
“Kita bersama-sama dengan pihak kecamatan se-Kabupaten Paser, pihak swasta, perusahaan, organisasi, profesi, dan unsur terkait lainnya, sesuai dengan kegiatan yang akan direncanakan oleh pemerintah pusat,” terangnya.
Amir menambahkan bahwa intervensi terhadap pelaksanaan penurunan stunting di daerah sangat perlu dilakukan. Setelah kegiatan rembuk stunting ini, setiap kecamatan diharapkan dapat menindaklanjutinya dengan mengadakan rapat yang melibatkan pihak-pihak terkait.
“Diharapkan juga setiap kecamatan segera melakukan rapat di tingkat kecamatan masing-masing untuk mengkoordinasikan berbagai pihak dalam rangka kegiatan intervensi serentak,” kata Amir.
Lebih lanjut, Amir menyatakan bahwa hasil yang diharapkan adalah peningkatan kunjungan balita ke Posyandu, guna mencegah stunting di masing-masing wilayah.
Berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Tahun 2022, angka stunting di Kabupaten Paser adalah 24,9 persen, sementara pemerintah pusat menargetkan penurunan menjadi 14 persen secara nasional.
Pada tahun 2023, pemerintah menggunakan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) dan baru mendapatkan data tingkat Provinsi dimana prevalensi stunting di Kalimantan Timur sebesar 22,9 persen.
“Harapan kami angka prevalensi stunting di Kabupaten Paser bisa menurun menjadi 11,8 persen di tahun 2025 nanti,” tutup Amir.
[PRD]
*Dapatkan berita pilihan terbaru setiap hari dari Dailykaltim.co. Informasi terbaru juga dapat dilihat dan diikuti di seluruh media sosial Dailykaltim.co termasuk Instagram, Facebook, X (twitter), Tiktok dan Youtube.