Dailykaltim.co, Penajam – Meskipun jumlah kasus malaria di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) sempat menembus angka ratusan dalam beberapa tahun terakhir, Dinas Kesehatan setempat menegaskan bahwa tren penurunan terus terjadi secara signifikan. Upaya pengendalian pun kini mengarah pada tahap eliminasi, terutama untuk kasus yang tergolong indigenous atau penularan lokal.

“Di tahun 2024 itu ada 568 kasus, jadi ada penurunan 137 persen dari tahun 2023 ke tahun 2024. Nah, tahun 2025 ini kasus kita hingga per Juni 2025 itu ada 83 kasus,” kata Penata Kelola Layanan Kesehatan Dinkes PPU, Harjito Ponco Waluyo.

Penurunan tersebut menjadi indikator bahwa langkah-langkah intervensi yang dilakukan Dinas Kesehatan tidak hanya bersifat administratif, tetapi telah menjangkau ke lapangan, utamanya melalui surveilans aktif dan penanganan pada titik-titik risiko tinggi.

Namun dari 83 kasus yang tercatat hingga pertengahan tahun ini, Harjito menekankan bahwa hanya dua di antaranya yang tergolong malaria indigenous, yakni kasus malaria yang ditularkan dan tertular secara lokal di wilayah PPU sendiri.

“Sebenarnya, kasus itu yang Kasus Malaria Indigenous itu kita tinggal 2 saja berdasarkan yang kita temukan kemarin di wilayah Sotek RT 16 yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Paser,” katanya.

Wilayah perbatasan memang menjadi perhatian tersendiri dalam upaya eliminasi malaria. Dengan mobilitas warga yang cukup tinggi dan lingkungan yang masih memiliki karakteristik endemis, wilayah seperti Sotek kerap menjadi titik rentan transmisi lokal. Apalagi, faktor geografis Sotek yang berdekatan langsung dengan daerah lain yang memiliki angka kasus malaria tinggi, membuat pengawasan harus lebih ketat dan terintegrasi.

[RRI | ADV DISKOMINFO PPU]
*Dapatkan berita pilihan terbaru setiap hari dari Dailykaltim.co. Informasi terbaru juga dapat dilihat dan diikuti di seluruh media sosial Dailykaltim.co termasuk Instagram, Facebook, X (twitter), Tiktok dan Youtube.

Exit mobile version