Dailykaltim.co, Berau – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Berau terus menggalakkan upaya pelestarian hutan dengan mendorong perhutanan sosial. Skema ini memungkinkan masyarakat mengelola hutan secara berkelanjutan sekaligus meningkatkan kesejahteraan ekonomi mereka.

Sebelumnya, pembangunan di Berau lebih banyak bergantung pada alih fungsi hutan untuk kepentingan ekonomi, seperti perkebunan kelapa sawit dan hutan tanaman industri. Namun, kini Berau menjadi contoh pengelolaan perhutanan sosial di Kalimantan Timur.

“Alhamdulillah Berau menjadi contoh dalam hal pengelolaan perhutanan sosial di Kalimantan Timur. Kami telah berhasil menyusun dokumen Pembangunan Kawasan Terintegrasi (Integrated Area Development/IAD), yang pertama di Kalimantan Timur, pemanfaatan 98 ribu hektare perhutanan sosial di Berau,” ujar Sri Juniarsi dalam acara bincang Thought Leaders Forum yang diselenggarakan Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) di Jakarta, Rabu (12/3/25).

Konsep pembangunan kawasan terintegrasi memastikan pemanfaatan kekayaan alam secara optimal. Salah satu contoh di Berau adalah budidaya kakao di wilayah kampung.

“Dengan pendampingan yang baik, yang salah satunya dilakukan bersama YKAN, kakao dari perkebunan rakyat ini bahkan bisa bersaing pasar nasional sampai saat ini,” terang Sri Juniarsih.

Kepala Dinas Perkebunan Kabupaten Berau, Lita Handini, menambahkan bahwa Pemkab Berau telah menerapkan berbagai strategi untuk mengembangkan komoditas kakao. Strategi tersebut mencakup kerja sama dengan berbagai pihak, pemetaan dan pengembangan kawasan kakao, peningkatan produksi, serta peningkatan kualitas biji kakao.

“Kami juga memberikan fasilitas permodalan dan pemasaran melalui sistem kemitraan, hilirisasi produk kakao, promosi dan yang terpenting yaitu memberikan pendampingan yang lebih intensif terhadap petani, agar pemasaran menyasar lebih jauh,” urai Lita.

Irmaya Banaweng, petani kakao dari Kampung Merasa, mengungkapkan bahwa perkebunan kakao di daerahnya sudah ada sejak 1980-an dan semakin berkembang berkat pendampingan dari pemerintah dan YKAN.

“Karena YKAN membuat kegiatan Pelatihan Internal Controlling System (ICS) Kakao. ICS memberikan banyak informasi kepada warga mengenai jenis, dan kualitas kakao di pasar mulai dari yang termurah biji kakao basah, kemudian biji kakao kering asalan, dan yang termahal dan paling banyak dicari yaitu biji kakao fermentasi,” kata Irmaya.

Pelatihan tersebut berkembang hingga mencakup pengolahan biji kakao fermentasi menjadi berbagai produk makanan dan minuman yang dikerjakan kelompok perempuan Kampung Merasa. Sementara itu, para petani mendapatkan pendampingan untuk menyusun standar budidaya guna meningkatkan kualitas kakao agar bisa menembus pasar premium.

Upaya ini membuahkan hasil dengan pengakuan terhadap kakao Merasa sebagai salah satu dari delapan kakao fermentasi berkarakter unik, otentik, dan spesifik dalam seleksi nasional menuju Cocoa of Excellence di Paris, Prancis, pada 2021. Dua tahun kemudian, Single Origin Cokelat Kampung Merasa 74% diluncurkan bersama Pipiltin Cocoa, artisan cokelat premium di Indonesia.

“Harga kakao saat ini sedang mencapai rekor tertinggi. Ini bisa menjadi momentum yang baik untuk terus meningkatkan kualitas kakao di Berau, agar petani juga semakin sejahtera,” urai Irvan Helmi, Co-Founder Pipiltin Cocoa.

Direktur Eksekutif YKAN, Herlina Hartanto, menegaskan bahwa Kampung Merasa menjadi bukti konkret bahwa pelestarian alam bisa berjalan seiring dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat. YKAN, kata dia, terus bermitra dengan pemerintah pusat maupun daerah untuk mendukung pembangunan hijau yang menempatkan masyarakat sebagai aktor utama pelestarian alam.

“Melalui perhutanan sosial, kami mendampingi desa-desa dalam memetakan potensi yang mereka miliki. Selanjutnya, mereka kami dampingi dalam mengembangkan sumber mata pencaharian yang ramah dengan alam sehingga kesejahteraan terpenuhi dan alam tetap lestari,” ungkap Herlina.

Direktur Program Terestrial YKAN, Ruslandi, menambahkan bahwa program ICS memberikan pendampingan kepada warga Kampung Merasa untuk menerapkan praktik budi daya berkelanjutan atau Good Agriculture Practice. Masyarakat menerapkan sistem agroforestri, yakni menanam kakao dengan kombinasi tanaman kehutanan.

Langkah ini tidak hanya melindungi lingkungan, tetapi juga melindungi petani dari paparan bahan kimia berbahaya serta menghasilkan produk berkualitas.

“Ini sekaligus juga memulihkan dan melindungi hutan, serta menghindari deforestasi dan mengurangi emisi gas rumah kaca,” pungkasnya.

[UHD]
*Dapatkan berita pilihan terbaru setiap hari dari Dailykaltim.co. Informasi terbaru juga dapat dilihat dan diikuti di seluruh media sosial Dailykaltim.co termasuk Instagram, Facebook, X (twitter), Tiktok dan Youtube.

Exit mobile version