Dailykaltim.co –  Temuan ilmiah dari kolaborasi Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Pusat Aplikasi Teknologi Isotop Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memberikan bukti baru terkait asal-usul sumber air minum dalam kemasan (AMDK) di Indonesia. Melalui riset isotop, para peneliti memastikan bahwa air yang digunakan produk AMDK, termasuk Aqua Subang, benar-benar berasal dari sistem sumber air pegunungan.

Penelitian yang dipimpin oleh Profesor Heru Hendrayana, ahli hidrogeologi UGM, menunjukkan kesesuaian karakter isotop air antara sumber air pabrikan dengan air pegunungan di sekitarnya.

“Sumber airnya memang berasal dari sistem hidrogeologi pegunungan. Itu dibuktikan lewat penelitian isotop yang menunjukkan kesamaan ‘DNA’ sumber airnya dengan air yang turun dan tersimpan di sumber air pegunungan di mana pabrik Aqua berada,” jelasnya dalam keterangan tertulis, Senin (27/10/2025).

Riset ini menggunakan pendekatan hidro isotop, metode ilmiah yang mampu mengidentifikasi asal molekul air seperti halnya “sidik jari” alami. Melalui teknologi tersebut, peneliti dapat memastikan bahwa air yang dimanfaatkan industri AMDK bersumber dari sistem hidrologi pegunungan, bukan dari air permukaan biasa.

Prof. Heru menambahkan bahwa definisi sumber air pegunungan tidak dapat diukur semata dari ketinggian lokasi.

“Sumber air pegunungan tidak harus diambil di puncak gunung. Secara ilmiah, sumber air yang berasal dari lereng, kaki, atau dataran tinggi yang masih merupakan bagian dari satu sistem hidrogeologi yang sama tetap dikategorikan sebagai sumber air pegunungan,” katanya.

Dalam riset tersebut, tim peneliti juga menyoroti pentingnya perbedaan antara mata air permukaan dan air yang berasal dari sistem tertutup. Menurut Prof. Heru, air yang belum melalui proses penyaringan alamiah dalam lapisan batuan belum bisa disebut sebagai air pegunungan sejati.

Ia menegaskan bahwa industri AMDK seperti Aqua mengambil sumber air dari sistem tertutup yang terlindungi dari kontaminasi.

“Aqua mengambil sumber air yang terlindungi di dalam sistem alamiah, namun secara asal-usul tetap satu sistem dengan sumber air pegunungan. Jadi DNA-nya sama,” tegasnya.

Prof. Heru juga mengingatkan pentingnya transparansi dan bukti ilmiah bagi industri air kemasan.

“Yang perlu diwaspadai justru produk kecil yang mengklaim sumber air pegunungan tanpa bukti ilmiah. Sementara perusahaan besar seperti Aqua memiliki riset komprehensif untuk membuktikan asal dan kualitas air minum-nya,” ujarnya.

Temuan ini memperkuat keaslian sumber air pada industri AMDK di Indonesia serta menegaskan peran riset ilmiah dalam menjaga standar kualitas air minum nasional. Kajian isotop tersebut menjadi dasar ilmiah bahwa sumber air yang digunakan industri seperti Aqua benar-benar berasal dari sistem pegunungan alami yang terlindungi dan berkelanjutan.

[UHD]
*Dapatkan berita pilihan terbaru setiap hari dari Dailykaltim.co. Informasi terbaru juga dapat dilihat dan diikuti di seluruh media sosial Dailykaltim.co termasuk Instagram, Facebook, X (twitter), Tiktok dan Youtube.

Exit mobile version