Dailykaltim.co, Bontang – Upaya menekan angka stunting di Kota Bontang kini memasuki fase baru. Pemerintah Kota Bontang melalui Dinas Kesehatan resmi memperkenalkan Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagi balita dan ibu hamil yang mengalami masalah gizi. Program ini diluncurkan pada Kamis, 21 Agustus 2025, sebagai langkah konkret untuk mempercepat penanganan gizi buruk yang masih menjadi tantangan serius di daerah tersebut.

Peluncuran program turut dihadiri Wali Kota Bontang Neni Moerniaeni, Kepala Dinas Kesehatan Bahtiar Mabe, jajaran kepala puskesmas, perwakilan kelurahan, serta pihak Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur (UMKT).

Dalam laporannya, Kepala Dinas Kesehatan Kota Bontang, Bahtiar Mabe, menyampaikan hasil pendataan terbaru yang dihimpun melalui pemantauan lapangan. Berdasarkan data tersebut, terdapat 1.219 balita yang masuk kategori stunting dengan sebaran di sejumlah kelurahan, antara lain Loktuan (213 balita), Tanjung Laut Indah (124), Tanjung Laut (113), Berbas Tengah (92), Bontang Lestari (86), Berbas Pantai (82), Guntung (65), Bontang Kuala (45), Gunung Telihan (99), Api-Api (77), Bontang Baru (71), Gunung Elai (51), Belimbing (50), Satimpo (33), dan Kanaan (18).

“Data ini kami peroleh dari hasil pemantauan lapangan dan kegiatan timbang balita yang telah kami lakukan beberapa waktu lalu. Data ini penting sebagai dasar pengambilan keputusan untuk intervensi program gizi, termasuk PMT,” ungkap Bahtiar Mabe.

Wali Kota Neni menegaskan bahwa penurunan angka stunting menjadi salah satu prioritas utama pemerintahannya. Ia menekankan perlunya kerja lintas sektor untuk memastikan intervensi berjalan efektif.

“Langkah pertama yang kami lakukan adalah pengumpulan dan verifikasi data yang akurat. Setelah itu, dilakukan operasi timbang angka, pemberian makanan tambahan, dan tentunya pemantauan yang ketat di lapangan,” ujarnya.

Menurut Neni, hasil evaluasi awal menunjukkan indikasi positif. “Alhamdulillah, setelah satu bulan berjalan, hasil laporan dari Dinas Kesehatan menunjukkan bahwa 30 persen dari anak-anak yang sebelumnya masuk kategori stunting menunjukkan perkembangan yang lebih baik,” katanya.

Dalam kesempatan yang sama, Pemkot Bontang menandatangani nota kesepahaman dengan Fakultas Kedokteran UMKT. Kolaborasi ini diharapkan menghadirkan tenaga ahli untuk memperkuat intervensi medis dan akademik dalam penanganan kasus stunting.

“Kami menyambut baik kolaborasi ini karena kehadiran tenaga ahli dari UMKT akan memperkuat intervensi berbasis medis dan akademik, terutama dalam edukasi gizi dan pemantauan kesehatan ibu hamil serta balita,” ujar Neni.

Selain memperkuat dukungan kelembagaan, Pemkot Bontang juga mengajak masyarakat untuk berperan aktif dalam program ini. Menurut Neni, keberhasilan penurunan angka stunting bergantung pada sinergi semua pihak.

“Ini bukan hanya tugas Dinas Kesehatan, tapi tugas kita semua. Kami berharap partisipasi aktif masyarakat dalam menyukseskan program ini. Anak-anak adalah masa depan kita, dan mereka berhak mendapatkan tumbuh kembang yang optimal,” tuturnya.

[UHD]
*Dapatkan berita pilihan terbaru setiap hari dari Dailykaltim.co. Informasi terbaru juga dapat dilihat dan diikuti di seluruh media sosial Dailykaltim.co termasuk Instagram, Facebook, X (twitter), Tiktok dan Youtube.

Exit mobile version