Dailykaltim.co, Penajam – Bicara literasi bukan hanya soal jumlah koleksi buku atau berapa banyak perpustakaan berdiri. Bagi Sekretaris Dinas Perpustakaan dan Arsip (Dispusip) Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Aswar Bakri, minat baca adalah ekosistem kompleks yang perlu disesuaikan, diukur, dan dipertanggungjawabkan. Salah satunya lewat pendekatan relevansi konten dan metodologi survei yang akurat.

“Tentu, minat baca juga dipengaruhi oleh topik yang sesuai dengan keinginan mereka. Kalau mengunjungi SD, maka bacaan yang dibawa adalah yang sesuai segmen usia anak-anak SD. Jangan sampai salah bawa buku,” ujar Aswar. 

Dispusip PPU mengakui pentingnya kurasi bahan bacaan yang tidak hanya menarik secara visual, tetapi juga kontekstual. Dalam praktiknya, perpustakaan keliling milik pemerintah daerah selalu menyesuaikan jenis buku dengan profil usia, lingkungan sosial, dan kebutuhan pembaca yang dituju. 

Untuk anak-anak SD, yang dibawa bukan buku referensi berat, melainkan bacaan ringan, cerita bergambar, ensiklopedia anak, hingga komik pendidikan.

Tetapi, menurut Aswar, upaya teknis semacam itu tak cukup tanpa disokong oleh pemahaman indikator pengukuran minat baca yang komprehensif. Ia menegaskan bahwa selama ini, pengukuran gemar membaca bukan hal spekulatif, melainkan dilakukan melalui pendekatan statistik yang terukur dan bisa dipertanggungjawabkan.

“Kalau kita bicara minat baca, itu kan ada banyak indikator yang harus dicapai. Ada lima indikator pengukuran tingkat gemar membaca yang disurvei,” katanya.

Lima indikator yang dimaksud Aswar meliputi aspek perilaku membaca dan pemanfaatan teknologi informasi. Pertama, frekuensi membaca, yaitu seberapa sering seseorang membaca dalam kurun waktu tertentu, misalnya satu minggu. Kedua, durasi membaca, yakni seberapa lama waktu yang dihabiskan dalam satu hari untuk membaca bahan bacaan.

Indikator ketiga menyoroti variasi jenis dan topik buku yang dibaca. Dalam tiga bulan, berapa judul buku yang selesai dibaca, dan apa saja kategori temanya. Keempat, karena perkembangan zaman, indikator literasi kini juga merambah ke ranah digital, yaitu frekuensi mengakses internet untuk mencari informasi. 

Kelima, durasi penggunaan internet, termasuk untuk keperluan membaca, menjadi komponen penting untuk mengukur kemampuan literasi digital masyarakat.

“Itu semua terekam dan menjadi dasar pertanyaan survei. Metodologi surveinya dijelaskan dalam laporan, termasuk berapa jumlah responden, berapa laki-laki dan perempuan, dan usia-usia yang disurvei,” terang Aswar.

[RRI | ADV DISKOMINFO PPU]

*Dapatkan berita pilihan terbaru setiap hari dari Dailykaltim.co. Informasi terbaru juga dapat dilihat dan diikuti di seluruh media sosial Dailykaltim.co termasuk Instagram, Facebook, X (twitter), Tiktok dan Youtube.

Exit mobile version