Dailykaltim.co – Di tengah tren hidup sehat dan maraknya kesadaran akan pola makan bergizi, ada satu masalah yang kerap terabaikan: kekurangan vitamin D. Kondisi ini diam-diam menjadi ancaman global, memengaruhi lebih dari satu miliar orang di seluruh dunia—termasuk mereka yang merasa telah menjalani gaya hidup sehat.

Vitamin D berperan penting dalam menjaga kekuatan tulang, mendukung sistem kekebalan tubuh, dan menyeimbangkan kadar kalsium serta fosfor. Namun, kebiasaan hidup di ruang tertutup, jarang berjemur, dan minim aktivitas luar ruangan membuat banyak orang kehilangan sumber alami vitamin ini.

Paparan sinar matahari merupakan cara paling efektif untuk membantu tubuh memproduksi vitamin D. Sayangnya, faktor seperti warna kulit, usia, serta lokasi tempat tinggal dapat memengaruhi kemampuan tubuh menyerap sinar matahari dengan optimal. Akibatnya, kekurangan vitamin D menjadi fenomena umum, bahkan di negara tropis.

Kekurangan vitamin D sering kali tidak menunjukkan gejala jelas, tetapi perlahan memengaruhi kondisi tubuh. Pada orang dewasa, defisiensi ini bisa menyebabkan kelelahan, nyeri otot, dan suasana hati yang mudah berubah. Pada anak-anak, kekurangan vitamin D yang berat dapat memicu rakhitis, yaitu kondisi tulang bengkok karena lemahnya struktur tulang.

Dalam jangka panjang, tubuh yang kekurangan vitamin D akan kesulitan menyerap kalsium dan fosfor. Untuk menjaga keseimbangan kadar mineral, tubuh kemudian mengambil kalsium dari tulang. Proses ini mempercepat kerusakan tulang dan meningkatkan risiko osteomalasia serta osteoporosis, dua kondisi yang membuat tulang rapuh dan mudah patah.

Mereka yang jarang terpapar sinar matahari—seperti pekerja kantoran, penghuni apartemen, atau lansia di rumah perawatan—menjadi kelompok paling rentan terhadap kekurangan vitamin D. Selain itu, individu dengan kulit lebih gelap, penderita obesitas, serta mereka yang memiliki penyakit hati atau ginjal juga memiliki risiko lebih tinggi.

Gaya hidup serba digital yang membuat aktivitas lebih banyak dilakukan di dalam ruangan turut memperburuk situasi. Banyak orang modern yang tanpa sadar telah kehilangan sumber alami vitamin D karena minimnya waktu di bawah sinar matahari.

Asupan vitamin D dapat diperoleh dari makanan seperti ikan berlemak (salmon, tuna, makarel), kuning telur, hati sapi, jamur, hingga susu yang diperkaya. Namun, jumlahnya sering kali tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan harian tubuh. Oleh karena itu, sebagian orang membutuhkan tambahan suplemen vitamin D untuk menjaga kadar normal.

Vitamin D hadir dalam dua bentuk, yaitu D2 yang berasal dari tumbuhan dan D3 dari hewan. Bentuk D3 lebih mudah diserap tubuh dan umumnya lebih efektif dalam menjaga kadar vitamin D jangka panjang.

Meski penting, konsumsi vitamin D berlebih juga dapat menimbulkan efek samping. Kelebihan vitamin D dapat menyebabkan kadar kalsium dalam darah meningkat, yang memicu gejala seperti mual, sembelit, kelemahan, dan kebingungan. Karena itu, penggunaan suplemen sebaiknya dilakukan di bawah pengawasan tenaga medis agar dosisnya sesuai dengan kebutuhan tubuh.

Mencegah kekurangan vitamin D tidak memerlukan langkah rumit. Berjemur selama 10 hingga 15 menit setiap pagi, mengonsumsi makanan bergizi seimbang, dan rutin memeriksa kadar vitamin D dapat membantu menjaga kesehatan tulang dan daya tahan tubuh.

Di tengah gaya hidup modern yang serba cepat, menyempatkan diri menikmati sinar matahari pagi mungkin menjadi kebiasaan sederhana yang menyelamatkan kesehatan dalam jangka panjang.

[UHD]
*Dapatkan berita pilihan terbaru setiap hari dari Dailykaltim.co. Informasi terbaru juga dapat dilihat dan diikuti di seluruh media sosial Dailykaltim.co termasuk Instagram, Facebook, X (twitter), Tiktok dan Youtube.

Exit mobile version