Dailykaltim.co – Keberhasilan pala asal Maluku menembus pasar ekspor Eropa menegaskan bahwa rempah Indonesia memiliki daya saing tinggi di kancah internasional. Momentum ini dimanfaatkan Kementerian Pertanian (Kementan) untuk memperkuat strategi hilirisasi rempah demi meningkatkan nilai tambah dan memperkokoh posisi Indonesia sebagai produsen utama rempah dunia.

Salah satu pelaku usaha yang menjadi contoh sukses adalah PT Kabong Tanipala Maluku (KTM). Eksportir ini rutin mengirimkan pala berkualitas tinggi ke pasar internasional, termasuk Belanda, sekaligus memasarkan komoditas lain seperti cengkeh, minyak kayu putih, tepung sagu, dan kenari.

Produk andalan ekspor mereka mencakup Pala ABCD, Pala Shrivels, dan Mace Broken (bunga pala). Semua produk tersebut telah lolos uji mutu ketat Uni Eropa dan mendapatkan predikat High Premium Quality, membuktikan kemampuan pala Maluku bersaing dengan produk sejenis dari negara lain. Pada pengiriman terakhir Agustus 2025, PT KTM berhasil mengekspor 9,5 ton pala dari total lebih dari 50 ton rempah yang telah dikirim ke luar negeri.

Kesuksesan ini menjadi perhatian serius Kementan. Dalam kunjungannya ke kantor PT KTM di Ambon, Jumat (1/8/2025), Plt Direktur Jenderal Perkebunan Abdul Roni Angkat berdiskusi dengan Direktur PT KTM Jose Hahury dan Kepala Divisi Marketing Marsenda Mireilla Tahitoe untuk membahas strategi peningkatan kualitas dan daya saing rempah Indonesia.

“Komoditas pala memiliki nilai ekonomi tinggi, namun untuk bisa bersaing di pasar ekspor, kita harus memastikan penanganannya dilakukan secara menyeluruh dari hulu hingga hilir. Mulai dari budidaya, panen, hingga pasca panen harus memenuhi standar mutu,” jelas Abdul Roni.

Ia menegaskan, praktik budidaya berkelanjutan dan penanganan pascapanen yang benar menjadi kunci agar rempah Indonesia lolos standar internasional. Salah satu tantangan yang dihadapi adalah kontaminasi aflatoksin dan okratoksin, yang sering menghambat ekspor. Untuk itu, edukasi petani dan penggunaan teknologi pengeringan sederhana akan menjadi fokus pembinaan Kementan.

Menurut Roni, penggunaan mesin pengering dapat meningkatkan efisiensi, menjaga kualitas produk, dan meminimalkan risiko penolakan pasar. Kebijakan ini sejalan dengan upaya pemerintah memperkuat rantai pasok komoditas ekspor berbasis mutu dan keberlanjutan.

Lebih jauh, Ditjen Perkebunan Kementan akan terus mendampingi petani melalui fasilitasi teknis, penguatan kelembagaan, dan perluasan akses pasar. Sinergi pemerintah, pelaku usaha, dan petani diyakini menjadi kunci mengokohkan posisi Indonesia di pasar rempah dunia.

“Upaya peningkatan produktivitas dan mutu pala melalui penanganan pascapanen yang baik dan benar harus terus dilakukan. Kami juga menyoroti perlunya edukasi berkelanjutan kepada petani, khususnya terkait cara meminimalkan cemaran aflatoksin dan okratoksin, yang selama ini menjadi tantangan utama dalam menjaga kualitas ekspor,” ujar Roni.

PT Kabong Tanipala Maluku sendiri telah menjalin kemitraan dengan lebih dari 500 petani lokal di berbagai wilayah Maluku. Pola ini menjadi model bisnis inklusif yang mendorong pertumbuhan ekonomi daerah sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani.

Sebagai bentuk apresiasi, perusahaan ini pernah meraih Anugerah Perkebunan Indonesia kategori Giat Ekspor Hasil Perkebunan dalam ajang BUNEX 2022, dan aktif mengikuti forum pameran nasional termasuk BUNEX 2023 untuk memperkuat ekosistem rempah yang kompetitif dan inklusif.

Terpisah, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menegaskan pentingnya transformasi Indonesia dari produsen bahan mentah menjadi eksportir produk pertanian bernilai tambah.

“Kita dorong terus hilirisasi komoditas perkebunan, termasuk pala Maluku yang terbukti mampu tembus pasar ekspor premium. Kita ingin petani sejahtera, ekonomi tumbuh, dan Indonesia jadi pemain utama di pasar rempah dunia,” jelas Mentan Amran.

[UHD]
*Dapatkan berita pilihan terbaru setiap hari dari Dailykaltim.co. Informasi terbaru juga dapat dilihat dan diikuti di seluruh media sosial Dailykaltim.co termasuk Instagram, Facebook, X (twitter), Tiktok dan Youtube.

Exit mobile version