Dailykaltim.co – Riset terbaru yang dirilis oleh jurnal Science Advance menempatkan beberapa produsen makanan dan minuman besar sebagai pelaku utama dalam pencemaran plastik global.
Menurut keterangan tertulis yang diterima dari Science Advance pada Sabtu (4/5/2024), analisis ini berdasarkan hasil audit terhadap 1.576 merek dalam 84 negara dari tahun 2018 hingga 2022, termasuk Indonesia. Hasil audit tersebut berhasil mengidentifikasi 28.570 jenis sampah plastik yang berserakan di tempat terbuka seperti pantai, sungai, dan taman.
Data yang terkumpul menunjukkan bahwa sampah plastik dari produk Coca-Cola mencapai 11% dari total sampah yang teridentifikasi, diikuti oleh sampah dari produk PepsiCo yang mencakup 5%. Selain itu, Nestle dan Danone, yang berbasis di Perancis, masing-masing berkontribusi sebesar 3%.
Perusahaan Indonesia seperti Wings, Mayora Indah, dan Indofood milik Salim Group juga termasuk dalam 15 besar penyumbang sampah plastik global. Temuan ini menunjukkan korelasi kuat antara tingkat produksi tinggi dan volume sampah plastik yang berserakan di lingkungan, sehingga dominasi sampah dari industri makanan dan minuman dalam pencemaran global tidak mengherankan.
Menanggapi kondisi ini, peneliti mendesak dibuatnya pusat data global yang terbuka untuk memaksa perusahaan lebih transparan dalam pelacakan dan pengungkapan informasi tentang sampah kemasan plastik produk mereka.
Pada November 2023, stasiun televisi publik Eropa, Arte, mempertanyakan komitmen Danone terhadap lingkungan melalui sebuah investigasi khusus. Program tersebut menyoroti keberlangsungan penjualan air dalam kemasan plastik oleh Danone di Indonesia, yang dianggap kurang ramah lingkungan.
Kritik tersebut bertambah ketika terungkap bahwa sampah dari gelas plastik Aqua, merek utama Danone di Indonesia, kerap kali mendominasi pemandangan di sungai dan pantai-pantai Bali.
Pernyataan resmi dari Corine Trap, yang saat itu menjabat sebagai Presiden Danone di Indonesia hingga 2022, sempat muncul di Instagram pada 21 Februari 2021. Dalam unggahan tersebut, Trap berkata, “Pagi ini, Aqua mengadakan kegiatan bersih-bersih di sekitar pantai Perancak. Dan berita besar lainnya adalah kami akan menarik kembali produk kemasan gelas kami dari Bali tahun ini!”.
Namun, meski telah berencana, Danone dikabarkan belum juga menepati janji tersebut. Saat diwawancarai oleh Arte, Corine Trap malah menghapus postingan tersebut dan Danone kemudian menegaskan ketidakyakinan mereka dalam menghentikan penggunaan kemasan tersebut.
“Kami tidak percaya bahwa menghentikan produk kemasan ini akan menjadi solusi terbaik, karena ukuran ini popular dan terjangkau di negara ini, yang juga banyak digunakan oleh merek pesaing lainnya,” ujar perwakilan perusahaan dalam sebuah pernyataan ke pemegang saham pada 2022.
Menurut data dari Sungai Watch, sebuah lembaga nirlaba yang memantau sampah plastik di Bali, Danone terus menjadi brand dengan jumlah sampah plastik terbanyak yang mencemari perairan di daerah tersebut selama periode 2021-2023.
Sikap ini tentu saja mengejutkan mengingat status Danone sebagai perusahaan multinasional yang seharusnya berkomitmen terhadap perlindungan lingkungan. Terlebih lagi, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Lingkungan Hidup telah mengeluarkan peraturan pada tahun 2019 yang mendorong pengurangan penggunaan botol plastik dengan kapasitas di bawah satu liter.
[RRI]
*Dapatkan berita pilihan terbaru setiap hari dari Dailykaltim.co. Informasi terbaru juga dapat dilihat dan diikuti di seluruh media sosial Dailykaltim.co termasuk Instagram, Facebook, X (twitter), Tiktok dan Youtube.