Dailykaltim.co – Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bersama tim internasional mendeskripsikan spesies baru tikus hutan dari Sulawesi bernama Crunomys tompotika. Temuan ini berasal dari kawasan Gunung Tompotika, Sulawesi Tengah, dan menegaskan peran Sulawesi sebagai “laboratorium alami” evolusi mamalia.
Riset yang dipublikasikan dalam Journal of Mammalogy pada 13 Juni 2025 itu juga merevisi taksonomi besar dengan memindahkan seluruh spesies Maxomys (tikus berduri) ke dalam genus Crunomys.
Tim peneliti Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi (PRBE) BRIN bekerja sama dengan mitra dari Amerika Serikat, Australia, Prancis, dan Malaysia. Mereka menemukan Crunomys tompotika melalui koleksi spesimen di Gunung Tompotika.
Peneliti BRIN, Anang Setiawan Achmadi, menjelaskan bahwa hewan ini memiliki ukuran tubuh sedang dengan ekor relatif pendek serta bulu rapat, sesuai ciri khas kelompok Crunomys.
“Penemuan ini menambah daftar panjang mamalia endemik Sulawesi yang terus bertambah seiring eksplorasi lapangan yang lebih intensif,” kata Anang.
Selain mendeskripsikan spesies baru, penelitian ini menyatukan semua anggota Maxomys ke dalam genus Crunomys.
“Analisis ribuan penanda DNA, termasuk data genomik resolusi tinggi, menunjukkan bahwa Maxomys tidak membentuk kelompok yang utuh (non-monofiletik) jika dipisahkan dari Crunomys. Oleh karena itu, revisi ini dianggap paling tepat untuk mencerminkan hubungan evolusi sebenarnya,” jelas Anang.
Ia menegaskan bahwa penelitian biodiversitas harus terus berkelanjutan.
“Penemuan Crunomys tompotika menunjukkan pentingnya eksplorasi lapangan dan kolaborasi internasional dalam mengungkap keragaman mamalia di Sulawesi. Hasil ini menjadi bukti nyata bahwa masih banyak kekayaan hayati Indonesia yang menunggu untuk dipelajari lebih dalam,” ujarnya.
Sejak 2012, lebih dari 20 spesies baru mamalia berhasil dideskripsikan dari Sulawesi. Fakta ini menunjukkan betapa kayanya fauna endemik di kawasan Wallacea yang hingga kini masih kurang terwakili dalam studi biologi.
“Penemuan spesies baru Crunomys dari Sulawesi ini membuka jendela baru terhadap sejarah evolusi hewan kecil di wilayah Wallacea, serta menegaskan pentingnya klasifikasi ulang pada tingkat genus untuk memahami keanekaragaman mamalia Indonesia secara lebih akurat,” kata Anang.
Menurutnya, kerja sama dengan berbagai negara memungkinkan pemanfaatan teknologi genomik terkini sekaligus memperluas cakupan data biogeografi. Hal ini menghasilkan kesimpulan lebih komprehensif mengenai sejarah evolusi mamalia di Asia Tenggara.
Penemuan Crunomys tompotika juga membuka peluang penelitian lebih lanjut, termasuk ekologi dan perannya dalam ekosistem hutan Sulawesi.
“Data ini diharapkan menjadi pijakan penting memperkuat kebijakan konservasi dan memacu riset lanjutan dalam mendokumentasikan kekayaan hayati Indonesia,” pungkas Anang.
[UHD]
*Dapatkan berita pilihan terbaru setiap hari dari Dailykaltim.co. Informasi terbaru juga dapat dilihat dan diikuti di seluruh media sosial Dailykaltim.co termasuk Instagram, Facebook, X (twitter), Tiktok dan Youtube.