Dailykaltim.co, Kutim – Pemerintah Kabupaten Kutai Timur (Kutim) mulai mengubah arah strategi pembangunan ekonomi daerah. Di tengah fluktuasi pasar global, Kutim tak lagi mengandalkan ekspor bahan mentah seperti Crude Palm Oil (CPO) dan Tandan Buah Segar (TBS), melainkan mengembangkan sektor hilirisasi dan diversifikasi komoditas perkebunan sebagai fondasi ekonomi berkelanjutan.

Langkah konkret tersebut terlihat dalam kegiatan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara Dinas Perkebunan, Dinas Koperasi UMKM, 13 koperasi petani kelapa sawit, dan sejumlah perusahaan sawit besar di Hotel Royal Victoria, Sangatta, Selasa, 15 Juli 2025. Bupati Kutim, Ardiansyah Sulaiman, hadir langsung menyaksikan prosesi tersebut yang sekaligus dirangkaikan dengan penyerahan Surat Tanda Daftar Budidaya (STDB) kepada 614 petani sawit, mencakup total lahan seluas 1.434 hektare.

“Kita tidak boleh terus-menerus mengekspor bahan mentah. Kita harus mengembangkan industri hilir seperti minyak goreng, sabun, kosmetik, bahkan biodiesel dan produk farmasi. Itulah yang akan membuka lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan daerah,” ujar Ardiansyah.

Selama ini, Kutim dikenal sebagai salah satu sentra produksi kelapa sawit di Kalimantan Timur. Namun, sebagian besar hasil panen langsung dijual dalam bentuk mentah. Ardiansyah menilai pola tersebut harus diubah agar Kutim memperoleh nilai tambah optimal.

Pemkab Kutim telah menyiapkan sejumlah kebijakan insentif untuk mendorong investor masuk ke sektor industri hilir. Kawasan Industri dan Pelabuhan Internasional (KIPI) Maloy disiapkan sebagai pusat pengolahan industri turunan sawit. Pemerintah juga berkomitmen mempermudah regulasi dan perizinan bagi pelaku usaha yang ingin membangun pabrik pengolahan di wilayah tersebut.

Namun demikian, Ardiansyah menekankan bahwa pembangunan ekonomi Kutim tidak boleh bergantung pada sawit semata. Ia mendorong strategi diversifikasi komoditas, termasuk pisang, karet, kakao, lada, vanila, dan nanas, melalui pelatihan, pembinaan petani, dan pengembangan koperasi.

“Kita harus mulai membangun ekonomi yang tangguh. Kalau harga sawit jatuh, petani jangan ikut jatuh. Itulah pentingnya kita kembangkan komoditas lain,” tambahnya.

Ardiansyah menyebut pisang dapat diolah menjadi keripik atau tepung, sedangkan karet bisa dikembangkan dengan pelatihan penyadapan dan penguatan koperasi petani. Komoditas seperti kakao, nanas, lada, dan vanila juga memiliki potensi besar, baik untuk industri olahan maupun ekspor, asalkan didukung oleh pendampingan teknis dan akses pasar yang memadai.

Kegiatan tersebut juga dihadiri oleh Kepala Dinas Koperasi UMKM Kutim, Teguh Budi Santoso, Plt Kepala Dinas Perkebunan, Iip Sumirat, camat, kepala desa, pimpinan perusahaan sawit, serta perwakilan koperasi petani.

“Semoga penyerahan STDB dan penandatanganan MoU ini memperkuat posisi tawar petani sawit di tengah tantangan bisnis global,” tutup Ardiansyah.

Langkah Kutim menjauhi ekspor bahan mentah tidak hanya menjadi strategi ekonomi jangka panjang, melainkan juga sinyal bahwa daerah ini sedang menata masa depan dengan pijakan yang lebih kuat, adil, dan inklusif.

[UHD]
*Dapatkan berita pilihan terbaru setiap hari dari Dailykaltim.co. Informasi terbaru juga dapat dilihat dan diikuti di seluruh media sosial Dailykaltim.co termasuk Instagram, Facebook, X (twitter), Tiktok dan Youtube.

Exit mobile version