Dailykaltim.co – Kementerian Kesehatan melalui Pusat Krisis Kesehatan menggelar pelatihan pemberdayaan dan peningkatan kapasitas Tenaga Cadangan Kesehatan – Emergency Medical Team (TCK-EMT) Tipe 2 Indonesia. Kegiatan ini menjadi langkah strategis dalam memperkuat ketahanan kesehatan nasional sekaligus memenuhi standar klasifikasi dan sertifikasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Pelatihan berlangsung pada 4–8 Agustus 2025 di Sentul, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, dan diikuti 95 peserta dari beragam institusi, mulai dari rumah sakit vertikal Kemenkes, unit lintas program, POLRI, organisasi profesi, lembaga swadaya masyarakat, hingga NGO internasional.

Program ini merupakan implementasi transformasi sistem kesehatan pilar ketiga, yaitu ketahanan kesehatan, yang menitikberatkan pada kesiapsiagaan menghadapi bencana dan krisis kesehatan di tingkat nasional maupun internasional.

“Indonesia termasuk negara dengan risiko bencana tinggi. Oleh karena itu, kita membutuhkan tenaga kesehatan yang terlatih dan siap dimobilisasi kapan saja,” kata Kepala Pusat Krisis Kesehatan, Agus Jamaludin, dalam sambutan.

Ketua Pelaksana, Eko Medistianto, menjelaskan seluruh peserta merupakan tenaga cadangan kesehatan yang telah resmi didaftarkan oleh pimpinan instansinya. Materi pelatihan berfokus pada manajemen operasional EMT di lokasi bencana, mencakup kesiapan logistik, koordinasi lintas sektor, hingga pelayanan medis darurat.

“Kegiatan ini juga menjadi bagian dari proses menuju sertifikasi WHO dan global classification bagi TCK-EMT Tipe 2 Indonesia,” ujarnya.

Fasilitator pelatihan berasal dari institusi strategis, antara lain Universitas Pertahanan RI, Universitas Indonesia, Pusat Kesehatan TNI, RS Haji UIN Jakarta, MDMC, PERDAMSI, serta WHO. Mereka sebelumnya telah mengikuti pelatihan EMT Induction dari WHO dan kini tergabung dalam program MULTHEOR (Multi-Country Training Hub for Health Emergencies Operational Readiness).

Metode pelatihan dilakukan secara interaktif melalui presentasi, diskusi kelompok, permainan edukatif, simulasi, dan praktik pendirian rumah sakit lapangan. Materi mencakup konsep manajemen penanggulangan krisis kesehatan sesuai pedoman nasional, standar operasional EMT Tipe 2 berdasarkan Blue Book WHO 2021, alur penugasan dari pra hingga demobilisasi, pengelolaan logistik, dan penyiapan sarana pendukung operasi lapangan.

Salah satu peserta, Franky Moudy Rumondor, menilai pelatihan ini penting untuk membangun kesiapan di situasi sulit.

“Di lokasi bencana, tenaga kesehatan harus tetap mampu memberikan pelayanan optimal, meski menghadapi tantangan logistik, komunikasi, bahkan kebutuhan dasar seperti makanan dan tempat tinggal,” katanya.

Kemenkes berharap seluruh anggota TCK-EMT Tipe 2 Indonesia memiliki kompetensi yang seragam dan sesuai standar internasional, sehingga mampu mendukung penanganan krisis kesehatan di dalam maupun luar negeri.

[UHD]
*Dapatkan berita pilihan terbaru setiap hari dari Dailykaltim.co. Informasi terbaru juga dapat dilihat dan diikuti di seluruh media sosial Dailykaltim.co termasuk Instagram, Facebook, X (twitter), Tiktok dan Youtube.

Exit mobile version