Dailykaltim.co, Penajam – Dalam upaya menciptakan pembangunan yang lebih inklusif, pengarusutamaan gender kini menjadi sorotan penting di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU).
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) PPU, Chairul Rozikin, menekankan pentingnya pengarusutamaan gender dalam pembangunan fasilitas publik yang lebih memperhatikan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan.
Ia menyoroti bahwa fasilitas umum yang ada sering kali lebih banyak mengakomodasi kebutuhan laki-laki, sementara kepentingan perempuan belum sepenuhnya terfasilitasi dengan baik.
Dalam acara edukasi berbasis teater yang digelar di PPU, pesan terkait pengarusutamaan gender ini disampaikan dengan lugas. Teater yang dikemas menarik tidak hanya menjadi media hiburan, tetapi juga alat komunikasi yang efektif dalam menyampaikan pesan-pesan sosial kepada masyarakat.
Melalui pementasan tersebut, Chairul berharap masyarakat, terutama pihak terkait dalam pembangunan daerah, bisa lebih memahami pentingnya memberikan akses yang setara bagi semua gender dalam setiap aspek pembangunan.
“Terkait dengan pengarusutamaan gender, kita memang tidak boleh membedakan antara jenis kelamin, baik itu perempuan atau laki-laki. Semua punya hak yang sama,” ujar Chairul Rozikin.
Menurutnya, fasilitas publik seperti toilet umum, ruang menyusui, serta akses ke transportasi sering kali dirancang lebih condong kepada laki-laki. Sementara perempuan, yang memiliki kebutuhan spesifik terutama dalam ruang publik, kerap kali terabaikan. Hal ini menunjukkan masih adanya ketimpangan dalam perencanaan fasilitas umum yang seharusnya mengakomodasi semua kalangan.
“Jangan sampai, pengarusutamaan gender hanya mengutamakan fasilitas umum yang mungkin hanya memfasilitasi laki-laki saja,” tambah Chairul.
Chairul juga menyebutkan bahwa pembangunan fasilitas publik harus melibatkan perspektif gender yang lebih luas, sehingga semua kebutuhan, baik perempuan maupun laki-laki, bisa terpenuhi.
Hal ini mencakup fasilitas kesehatan, pendidikan, hingga ruang-ruang publik seperti taman dan tempat rekreasi. Perempuan sering kali memiliki kebutuhan yang berbeda, misalnya ruang menyusui atau area yang aman dan ramah bagi anak-anak, yang jarang dipertimbangkan dalam pembangunan infrastruktur.
“Karena sekarang ini, identik dengan fasilitas-fasilitas umum yang kadang tidak memikirkan kesetaraan gender. Padahal, kita perlu mengakomodasi kepentingan umum, khususnya untuk perempuan,” lanjutnya.
Teater edukatif yang ditampilkan tadi malam berhasil mengilustrasikan tantangan yang dihadapi perempuan dalam mengakses fasilitas umum.
Melalui cerita yang menyentuh hati, teater tersebut memberikan gambaran nyata tentang bagaimana ketimpangan gender dalam pembangunan fasilitas publik bisa memengaruhi kehidupan sehari-hari perempuan, terutama mereka yang tinggal di pedesaan.
Pesan teater ini, menurut Chairul, menjadi penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dan pemerintah akan pentingnya memperhatikan kesetaraan gender dalam perencanaan pembangunan.
“Hal ini juga disampaikan dalam pesan teater tadi, agar pengarusutamaan gender lebih kepada mengakomodir kepentingan perempuan,” tutup Chairul.
[RRI | ADV DP3AP2KB PPU]
*Dapatkan berita pilihan terbaru setiap hari dari Dailykaltim.co. Informasi terbaru juga dapat dilihat dan diikuti di seluruh media sosial Dailykaltim.co termasuk Instagram, Facebook, X (twitter), Tiktok dan Youtube.