Dailykaltim.co, Berau – Hasil penelitian uji laboratorium mengenai kualitas air di Pulau Kakaban masih menjadi dugaan sementara. Meskipun sebelumnya tim telah merilis hasil uji laboratorium atas dua sampel air yang telah dikumpulkan, namun masih terdapat beberapa dugaan sementara terkait hasil tersebut.
Pengawas Ahli Muda Lingkungan Hidup Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Berau, Ibrahim Nur, menjelaskan bahwa pengambilan sampel pertama pada 28 Desember 2023 lalu oleh pihak akademisi masih membutuhkan beberapa sampel lanjutan untuk mengetahui penyebab berkurangnya jumlah ubur-ubur di pintu masuk utama menuju Danau Kakaban.
“Pengambilan sampel pertama tidak cukup. Oleh karena itu, diperlukan beberapa sampel lanjutan untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat. Saat ini, hasilnya pun masih bersifat sementara,” ungkap Ibrahim Nur.
Pada sampel pertama, dilakukan pengukuran pH air, dissolved oxygen (DO) atau oksigen dalam air, dan suhu air. Ketiga unsur tersebut sangat memengaruhi kehidupan di Danau Kakaban. Meskipun danau tersebut memiliki luas hingga 500 hektare, namun pengambilan sampel pertama hanya dilakukan pada satu titik di pintu masuk utama.
“Saat banyak pengunjung, kemungkinan ubur-ubur sedang bermigrasi ke sebelah utara. Di sisi utara masih banyak ubur-ubur dewasa maupun anakan,” jelasnya.
Penelitian lebih mendalam dilakukan pada sampel kedua dengan mengambil sebanyak 10 titik dan melibatkan lebih dari tiga unsur. Pada sampel kedua, ditemukan kandungan nitrat sebesar 0,25 mg per liter dan kandungan phosfat sebesar 0,42 mg per liter.
“Kadar phosfat yang melampaui baku mutu perlu diwaspadai karena dapat menyebabkan nutrifikasi. Meningkatnya unsur hara di danau dapat menyebabkan ledakan populasi alga, mengganggu ekosistem, dan memengaruhi kualitas air,” jelas Ibrahim Nur.
Selain itu, ada dugaan lain terkait hilangnya sebagian ubur-ubur di Danau Kakaban, seperti adanya bahan kimia dalam tubuh wisatawan yang dapat mengkontaminasi kandungan air dalam danau.
Dedy Suriadi, Wakil Kepala Adat Lembaga Adat Tunjung, Benuaq, dan Bentian Kalimantan Timur, menjelaskan bahwa Botor Buyang merupakan bagian dari upacara adat orang Dayak Tunjung Benuaq yang sudah diwariskan secara turun-temurun. Menurutnya, Botor Buyang adalah bagian dari agama kepercayaan yang diatur oleh hukum adat dan telah mendapat rekomendasi dari pihak-pihak terkait.
Namun, perubahan cuaca yang drastis serta kenaikan suhu permukaan laut juga diduga sebagai penyebab hilangnya sebagian ubur-ubur di Danau Kakaban. Penelitian lanjutan tentang kondisi kualitas perairan di Pulau Kakaban sangat penting untuk mendapatkan informasi yang komprehensif tentang faktor-faktor yang menyebabkan hilangnya ubur-ubur.
Pemerintah Kabupaten Berau telah melarang masyarakat untuk berkunjung ke Danau Kakaban sementara waktu, namun masih terdapat pelanggaran. Oleh karena itu, peran serta masyarakat dan pengunjung sangat penting dalam menjaga habitat ubur-ubur dan kelestarian alam di Pulau Kakaban.
[RRI]
*Dapatkan berita pilihan terbaru setiap hari dari Dailykaltim.co. Informasi terbaru juga dapat dilihat dan diikuti di seluruh media sosial Dailykaltim.co termasuk Instagram, Facebook, X (twitter), Tiktok dan Youtube.