Dailykaltim.co – Lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Perguruan Tinggi Vokasi (PTV) kini semakin berperan penting dalam sektor perdagangan dan industri. Data terbaru menunjukkan peningkatan signifikan pada sektor white collar dan blue collar di kalangan lulusan vokasi, memperlihatkan pergeseran positif dalam peran mereka di dunia kerja.
Sektor white collar, yang mencakup pekerjaan administratif hingga manajerial, kini menjadi tujuan utama sebagian besar lulusan SMK. Ini menunjukkan bahwa pendidikan vokasi tidak hanya mencetak tenaga kerja kasar, tetapi juga profesional dengan keahlian khusus. Sejak 2022, lulusan SMK menunjukkan peningkatan karir di bidang teknisi dan profesional, memperkuat posisi pendidikan vokasi sebagai penyokong utama kebutuhan industri Indonesia.
Sementara itu, lulusan PTV juga semakin mendominasi sektor white collar, khususnya di bidang kesehatan, perdagangan, dan pemerintahan. Ketiga sektor ini menjadi lapangan pekerjaan utama bagi para lulusan, yang kini lebih memilih bekerja di sektor formal untuk mendapatkan stabilitas pendapatan serta perlindungan sosial. Selain itu, keberadaan mereka turut berkontribusi pada penerimaan negara melalui pajak. Data Sakernas mencatat bahwa lulusan vokasi memiliki masa tunggu kerja yang sangat singkat, yakni antara nol hingga dua bulan.
Tatang Muttaqin, Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, menyatakan bahwa pendidikan vokasi telah menjadi prioritas utama dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. Dalam diskusi bersama media, ia mengungkapkan bahwa berbagai program inovatif telah diluncurkan untuk meningkatkan relevansi pembelajaran di SMK dan PTV, seperti Dana Padanan, Dana Kompetitif, dan Teaching Factory (Tefa).
Program Teaching Factory (Tefa) menjadi salah satu andalan untuk mempersiapkan siswa menghadapi dunia kerja. Dengan pendekatan ini, siswa tidak hanya belajar teori di kelas, tetapi juga praktik di lingkungan yang menyerupai industri. Pendekatan ini membekali mereka dengan keterampilan teknis dan soft skills yang sangat dibutuhkan.
Data dari Rapor Pendidikan menunjukkan bahwa 84,5 persen SMK di Indonesia telah berhasil mengimplementasikan Tefa dengan kualitas baik dan sedang. Salah satu contoh suksesnya adalah SMK YPM 8 Sidoarjo, yang mampu memproduksi mesin CNC Milling Training Unit SYS-8 4025 bekerja sama dengan industri. Mesin ini dijual dengan harga sekitar Rp150 juta per unit, dan hasil penjualannya digunakan untuk mendukung kegiatan pembelajaran.
Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian, mengapresiasi perkembangan pesat pendidikan vokasi di Indonesia. Ia menyoroti bahwa lulusan SMK kini tidak hanya siap bekerja, tetapi juga mampu menciptakan lapangan kerja baru, terutama di sektor ekonomi kreatif.
“Anggapan bahwa SMK menjadi penyumbang pengangguran kini sudah tidak relevan. Para lulusan semakin banyak yang bekerja atau bahkan menjadi wirausahawan,” ungkap Hetifah.
Hetifah menilai, inovasi seperti Teaching Factory telah membawa dampak besar dalam meningkatkan kualitas pendidikan vokasi. Dengan kurikulum yang lebih relevan dengan kebutuhan industri, lulusan SMK dan PTV kini memiliki peluang lebih besar untuk sukses di dunia kerja maupun menjadi pelaku usaha.
Pendidikan vokasi di Indonesia terus berkembang dengan memadukan teori dan praktik, memastikan lulusan siap menghadapi tantangan industri modern. Dengan dukungan pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat, pendidikan vokasi kini menjadi tulang punggung dalam mencetak generasi profesional yang berdaya saing global.
[UHD]
*Dapatkan berita pilihan terbaru setiap hari dari Dailykaltim.co. Informasi terbaru juga dapat dilihat dan diikuti di seluruh media sosial Dailykaltim.co termasuk Instagram, Facebook, X (twitter), Tiktok dan Youtube.