Dailykaltim.co, Kutim – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kutai Timur bersama masyarakat dan sektor swasta menggagas langkah konkret untuk memperkuat ketahanan pangan lokal melalui budidaya ayam pullet. Upaya ini menyasar pengurangan ketergantungan pasokan telur dari luar daerah dan mendorong kemandirian pangan berbasis komunitas.
Program tersebut dijalankan secara kolaboratif antara warga yang tergabung dalam Asosiasi Peternak Ayam Petelur Sangatta (APAPS), Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Peternakan (DTPHP) Kutim, serta PT Kaltim Prima Coal (KPC) melalui program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR).
Kepala DTPHP Kutim, Dyah Ratnaningrum, mengungkapkan potensi produksi telur lokal masih belum tergarap secara optimal.
“Kebutuhan telur se-Kutim bisa mencapai 80 ribu butir per bulan, tapi baru 30 persen yang bisa dipenuhi peternak lokal. Sisanya masih diimpor dari luar Sangatta,” jelasnya.
Program ini tidak hanya menyediakan bibit ayam dan pelatihan teknis, namun juga memanfaatkan fasilitas pascatambang milik KPC sebagai kandang kolektif. Selain itu, pemerintah daerah dan mitra juga sedang mengembangkan Mini Feedmill atau pabrik pakan skala kecil guna menekan biaya produksi yang selama ini didominasi oleh komponen pakan.
“Kalau pakan bisa diproduksi sendiri, biaya operasional bisa ditekan, dan peternak bisa lebih mandiri. Kami juga akan memediasi kerja sama antara APAPS dengan program ketahanan pangan milik Polres Kutim, yang menanam jagung. Dengan begitu, pasokan bahan baku pakan bisa tersedia dan terjangkau,” tambah Dyah.
Program ini membekali para peternak dengan pelatihan menyeluruh, mulai dari teknik pemeliharaan hingga manajemen usaha. Setiap peserta memperoleh bibit dan pakan awal sebagai modal dasar memulai usaha peternakan secara mandiri.
Superintendent Conservation Agribusiness Development PT KPC, Nugroho Dewanto, menyebut program ini sebagai bentuk transformasi ekonomi desa yang berkelanjutan.
“Kami melihat potensi besar dari masyarakat Sangatta untuk bisa swasembada telur. Budidaya pullet ini bisa menjadi solusi ekonomi keluarga sekaligus menjawab kebutuhan protein hewani masyarakat,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa dukungan distribusi dan pemasaran kolektif akan memperkuat stabilitas pasokan telur serta menciptakan harga yang bersaing bagi konsumen dan produsen.
Jika program ini berjalan sesuai rencana, Pemkab Kutim berencana mereplikasinya di kecamatan lain sebagai bagian dari strategi pemberdayaan ekonomi berbasis pangan dan kearifan lokal.
Melalui pendekatan inklusif dan semangat gotong royong, program budidaya ayam pullet di Sangatta menjadi cerminan bagaimana ketahanan pangan dapat dibangun dari tingkat akar rumput. Pemerintah optimistis inisiatif ini akan memperkuat ekonomi lokal sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap distribusi pangan dari luar daerah.
[UHD]
*Dapatkan berita pilihan terbaru setiap hari dari Dailykaltim.co. Informasi terbaru juga dapat dilihat dan diikuti di seluruh media sosial Dailykaltim.co termasuk Instagram, Facebook, X (twitter), Tiktok dan Youtube.