Dailykaltim.co, Kukar – Seraong, topi tradisional khas masyarakat Kutai, merupakan salah satu simbol warisan budaya yang unik dan indah. Di Kabupaten Kutai Kartanegara, kecamatan Kembang Janggut dikenal sebagai pusat produksi seraong yang berkualitas tinggi, terbuat dari daun biru yang banyak tumbuh di kawasan tersebut.
Daun biru dipilih karena daya tahannya yang kuat, lentur, dan awet. Proses pembuatan seraong melibatkan keterampilan khusus, mulai dari pemilihan daun, pengeringan, hingga tahap penganyaman. Nurendah, seorang pengrajin berpengalaman yang telah berkarya selama hampir 30 tahun di Kembang Janggut, menjadi salah satu pelopor dalam pembuatan seraong manik. Ia terinspirasi oleh busana Suku Dayak yang dihiasi manik-manik.
Dalam penjelasannya, Nurendah mengungkapkan bahwa untuk membuat seraong, dibutuhkan bahan-bahan khusus.
“Bahan yang diperlukan adalah daun biru rotan dan daun bengkuang untuk labongnya (lingkaran kepala). Untuk membuatnya, daun biru dikeringkan selama 2 minggu. Setelah itu, daun disetrika dan dihampar. Selanjutnya, daun ditindih dengan kardus selama 3 hari agar rapi. Berikutnya, daun dirangkai menjadi seraong dan ditambahkan asesoris seperti manik dan sebagainya,” ujarnya.
Dalam sehari, Nurendah mampu memproduksi satu hingga dua seraong, tergantung pada motif dan banyaknya pesanan. Harga seraong bervariasi, mulai dari Rp 250 ribu hingga Rp 350 ribu, tergantung ukuran dan motifnya.
Di masa lalu, seraong berfungsi sebagai pelindung kepala dari terik matahari dan hujan saat beraktivitas di ladang. Namun, saat ini, seraong telah bertransformasi menjadi simbol identitas dan kebanggaan masyarakat lokal. Bahkan, pesanan seraong kini datang dari berbagai daerah, termasuk Pulau Jawa.
Seraong kini semakin menarik dengan hiasan manik dan beragam motif serta warna khas. Setiap motif yang dihadirkan mengandung makna filosofis, dan seraong kerap muncul dalam acara adat, upacara tradisional, serta perlombaan. Pada event MTQ antar kecamatan yang berlangsung beberapa minggu lalu, seraong menjadi daya tarik tersendiri, memperkuat identitas Kembang Janggut.
Sayangnya, keberlangsungan tradisi pembuatan seraong saat ini menghadapi tantangan, salah satunya adalah kurangnya minat generasi muda untuk mempelajari keterampilan ini, ditambah dengan munculnya produk-produk topi modern yang lebih diminati.
Nurendah berharap agar generasi muda di Kutai mau mempelajari keterampilan membuat seraong agar tradisi ini tidak punah. Ia juga mulai mengembangkan penggunaan daun biru tidak hanya untuk topi, tetapi juga untuk tas, dompet, dan hiasan dinding. Dengan memanfaatkan media sosial, diharapkan seraong dapat lebih dikenal oleh masyarakat luas, baik di dalam maupun di luar daerah.
Seraong merupakan warisan budaya Kutai yang indah dan unik, mencerminkan kekayaan multikultural di Kecamatan Kembang Janggut. Dengan potensi ekonomi yang besar, para pengrajin seraong berharap ada perhatian lebih dari pemangku kepentingan untuk pelestariannya. Keunikan, keindahan, serta nilai filosofi dan identitas budaya pada topi seraong harus dijaga dan dikembangkan agar tetap relevan dengan perkembangan zaman. Pelestariannya adalah tanggung jawab kita bersama.
[UHD]
*Dapatkan berita pilihan terbaru setiap hari dari Dailykaltim.co. Informasi terbaru juga dapat dilihat dan diikuti di seluruh media sosial Dailykaltim.co termasuk Instagram, Facebook, X (twitter), Tiktok dan Youtube.