Dailykaltim.co – Presiden Prabowo Subianto resmi meluncurkan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sanur dan Bali International Hospital (BIH) pada 25 Juni 2025, menandai terobosan dalam pengembangan wisata kesehatan nasional.
Dalam sambutannya, Prabowo menyatakan, “Ini adalah terobosan—untuk pertama kalinya di republik kita diciptakan kawasan ekonomi khusus untuk layanan kesehatan kelas dunia,” seraya menekankan visi menjadikan BIH sebagai pusat rujukan medis regional.
BIH beroperasi di atas lahan seluas 41,26 hektare dalam KEK Sanur dengan kapasitas 255 tempat tidur dan layanan unggulan seperti kardiologi, onkologi, neurologi, gastro-hepatologi, dan ortopedi. Institusi ini ditargetkan untuk menangani 123.000 hingga 240.000 pasien hingga 2030, menghemat devisa hingga Rp 86 triliun dan menambah devisa pariwisata sekitar Rp 19,6 triliun.
Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana menambahkan bahwa inisiatif ini mempercepat pengembangan pariwisata kesehatan serta mengintegrasikan budaya lokal dengan layanan medis internasional.
“Skema pengembangan pariwisata kesehatan bertumpu pada fasilitas layanan kesehatan yang sudah mendapat registrasi, sertifikasi dan akreditasi untuk memberikan pelayanan wisata medis maupun wisata kebugaran,” ujarnya.
Ia juga mengimbau pembentukan badan kolaboratif lintas sektor agar destinasi lain dapat meniru model Sanur.
BIH juga telah menjalin kemitraan global, termasuk Icon Cancer Centre yang mulai beroperasi pada Mei 2025 dan menjadi lokasi praktik dokter asing pertama di Indonesia dalam KEK kesehatan. Presiden Prabowo percaya KEK Sanur bisa menjadi model efisiensi, akuntabilitas publik, dan lompatan kualitas layanan medis di dalam negeri.
Inisiatif ini dipandang sebagai langkah strategis untuk mencegah kebocoran devisa dari medical tourism ke luar negeri dan memposisikan Bali sebagai destinasi medis bertaraf internasional. Dengan dukungan penyedia layanan pendukung seperti Sodexo untuk katering pasien dan operator penerbangan Pelita Air, BIH menyasar wisatawan lokal dan asing yang mengutamakan kenyamanan dan kualitas layanan.
Masyarakat, pelaku wisata, dan rumah sakit direkomendasikan memantau perkembangan BIH sebagai tolok ukur wisata kesehatan nasional. Pemerintah diharapkan memperluas model ini ke daerah lain untuk memperkuat ekosistem kesehatan yang mendukung perekonomian kreatif dan hijau.