Dailykaltim.co – Bank Indonesia kembali memangkas suku bunga acuan (BI Rate) sebesar 25 basis poin menjadi 5,00 persen. Keputusan ini dinilai memberi sinyal positif bagi stabilitas keuangan nasional sekaligus membuka ruang bagi pelonggaran moneter lebih lanjut.
Kepala Ekonom Trimegah Sekuritas Indonesia, Fakhrul Fulvian, menilai peluang penurunan lanjutan masih terbuka hingga akhir tahun.
“Masih ada peluang penurunan suku bunga sekitar 50 basis poin lagi, sehingga BI Rate bisa mencapai 4,50 persen di akhir tahun,” ujar Fakhrul.
Fakhrul menilai stabilitas sektor keuangan dan nilai tukar rupiah yang terjaga memberi ruang bagi pelonggaran kebijakan moneter, meski di tengah tantangan pelemahan daya beli masyarakat.
Dari sisi eksternal, The Federal Reserve (The Fed) diperkirakan akan memangkas suku bunga sebanyak dua hingga tiga kali pada 2025. Menurut Fakhrul, langkah tersebut dapat membuka ruang tambahan bagi Indonesia dalam mengelola kebijakan moneter.
Meski prospek terlihat positif, risiko tetap perlu diantisipasi. Inflasi yang saat ini terkendali bisa terdampak fluktuasi harga pangan.
“Kesiapan pemerintah dalam rantai pasok pangan akan diuji. Persediaan beras, daging ayam, sayuran, dan bahan pokok lain harus dijaga. Tanpa eksekusi yang tepat, inflasi pangan bisa menjadi fenomena tersendiri,” katanya.
Fakhrul menambahkan, peningkatan take up rate dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang ditargetkan mencapai 32.000 dapur pada November 2025 akan menjadi faktor penting. Program prioritas Presiden Prabowo ini merupakan bagian dari Asta Cita untuk memperkuat ketahanan pangan, meningkatkan gizi masyarakat, sekaligus mendukung kualitas sumber daya manusia nasional.
Di pasar modal, pemangkasan suku bunga diproyeksikan menciptakan euforia lanjutan. Saham perbankan disebut sebagai motor penggerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menuju level 8.000.
Sementara itu, nilai tukar rupiah diperkirakan menguat hingga Rp15.800 per dolar AS pada akhir kuartal III 2025, bahkan bisa mencapai Rp15.500 di penghujung tahun. Penguatan ini ditopang oleh realokasi cadangan devisa negara-negara surplus di Asia dari surat utang AS ke instrumen negara mitra dagang, termasuk obligasi Indonesia.
Meski demikian, risiko global tetap membayangi. Antara lain penguatan yen Jepang, ketidakpastian geopolitik, serta tantangan transmisi kebijakan moneter terhadap sektor perbankan domestik.
Pemangkasan suku bunga acuan dan tren penguatan rupiah dinilai sejalan dengan arah kebijakan Presiden Prabowo dalam Asta Cita, yakni menjaga stabilitas ekonomi makro, memperkuat kemandirian pangan, dan mendukung pertumbuhan yang inklusif. Pemerintah didorong memastikan eksekusi rantai pasok pangan berjalan efektif agar inflasi tetap terkendali, sementara pasar keuangan mendapat kepastian untuk terus bertumbuh.
[UHD]
*Dapatkan berita pilihan terbaru setiap hari dari Dailykaltim.co. Informasi terbaru juga dapat dilihat dan diikuti di seluruh media sosial Dailykaltim.co termasuk Instagram, Facebook, X (twitter), Tiktok dan Youtube.
