Dailykaltim.co – Transformasi digital kembali mewarnai dunia literasi kebahasaan nasional. Kementerian Sekretariat Negara (Kemensetneg) melalui Pusat Pembinaan Penerjemah secara resmi meluncurkan Jurnal Penerjemahan Online, menggantikan format cetak yang telah terbit sejak 2014. Peluncuran yang berlangsung secara hybrid pada Selasa, 29 Juli 2025, ini menandai era baru bagi akses pengetahuan dan kontribusi penerjemah Indonesia dalam lingkup global.
Deputi Bidang Administrasi Aparatur Kemensetneg, Nanik Purwanti, yang membuka acara tersebut, menekankan bahwa transformasi ini merupakan bagian dari adaptasi pemerintah terhadap era teknologi.
“Transformasi ini membuktikan bahwa kita siap menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi untuk memperluas jangkauan ilmu pengetahuan. Jurnal daring ini akan mempermudah akses publik terhadap informasi yang kredibel dan relevan,” ujar Nanik.
Ia menambahkan bahwa keberadaan jurnal daring diharapkan mendorong peran penerjemah sebagai penghubung antarbangsa di tengah dinamika global.
“Jika satu dari 300 penerjemah pemerintah menulis satu artikel saja, maka akan ada ratusan pengetahuan baru yang bisa diarsipkan dan diwariskan,” lanjutnya.
Kepala Pusat Pembinaan Penerjemah, Sri Wahyu Utami, menyebutkan bahwa jurnal ini akan memuat beragam artikel berbasis riset, pengalaman profesional, dan pembelajaran terkini dalam bidang penerjemahan. “Ini adalah bagian dari upaya kami untuk menjadikan pengetahuan sebagai milik bersama. Melalui jurnal daring, siapapun yang tertarik pada penerjemahan kini bisa belajar dan berbagi,” katanya.
Dalam sesi diskusi, akademisi dan praktisi penerjemahan Harris Hermansyah Setiajid menggarisbawahi pentingnya dokumentasi pengalaman lapangan.
“Penerjemahan adalah seni kompromi. Tidak ada terjemahan yang sempurna, namun tugas kita adalah menyampaikan makna seakurat mungkin sambil tetap menjunjung etika,” ungkap Harris.
Ia juga mendorong para penerjemah untuk menulis dan merefleksikan praktik kerja sehari-hari sebagai sumber tulisan yang autentik.
“Praktik harian justru menjadi sumber tulisan yang paling autentik,” tegasnya.
Salah satu penerjemah senior, Febrina Natalia Thang, berbagi pengalamannya ketika mendampingi tokoh-tokoh dunia seperti Sekjen PBB dan mantan Perdana Menteri Inggris.
“Saya menulis karena saya ingin profesi penerjemah dihargai secara utuh, bukan hanya dilihat sebagai penyampai kata, tetapi penyampai makna dan konteks,” ujarnya.
Antusiasme juga datang dari peserta peluncuran, termasuk Johannes dari Mahkamah Agung yang menekankan pentingnya pembangunan glosarium hukum lintas sistem.
“Banyak istilah hukum yang multitafsir jika diterjemahkan dari sistem civil law ke common law. Ini tantangan sekaligus peluang menulis yang sangat besar,” katanya.
Sementara itu, Prof. Tri Ratno dari kalangan akademisi menyoroti pentingnya sinergi antara teori linguistik dan praktik lapangan.
“Jurnal harus menjadi ruang dialog antara teori dan realitas kerja,” ucapnya.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Pusat Pengembangan dan Pelindungan Bahasa dan Sastra, Dora Amalia, menjelaskan bahwa pengembangan bahasa Indonesia tidak bisa dilepaskan dari kegiatan penerjemahan.
“Penerjemahan bukan sekadar alih bahasa, melainkan sarana untuk memperkaya kosakata serta mempertahankan dan mengembangkan bahasa Indonesia agar tetap relevan dengan perkembangan ilmu dan teknologi,” ujar Dora.
Ia mencontohkan bagaimana penerjemahan karya seperti Harry Potter dan La Galigo memperkenalkan konsep asing dan kearifan lokal kepada generasi muda. Dora menegaskan bahwa kualitas penerjemahan mencerminkan kedalaman bahasa Indonesia sebagai alat pikir bangsa.
Selain menjadi medium diplomasi bahasa, penerjemahan juga dilihat sebagai strategi pemeliharaan bahasa melalui produk-produk seperti cerita anak, sastra daerah, dan buku pendidikan digital.
“Melalui penerjemahan, masyarakat tidak perlu menguasai bahasa sumber untuk memahami ilmu global,” tambahnya.
Dora juga menekankan pentingnya proses konsultatif dalam pengembangan istilah baru melalui forum sidang komisi istilah.
“Penerimaan masyarakat terhadap istilah baru sangat bergantung pada proses konsultatif dan partisipatif,” ujarnya.
Peluncuran jurnal daring ini sekaligus menjadi komitmen Kemensetneg untuk membangun kolaborasi antara akademisi dan praktisi. Skema penulisan bersama, pelatihan teknis, dan pembinaan akan dirancang guna memperkuat kontribusi artikel dari berbagai pihak.
Melalui platform ini, peran penerjemah sebagai penjaga, pemelihara, dan pengembang bahasa Indonesia di ranah global diharapkan semakin kokoh dan terakui.
[UHD]
*Dapatkan berita pilihan terbaru setiap hari dari Dailykaltim.co. Informasi terbaru juga dapat dilihat dan diikuti di seluruh media sosial Dailykaltim.co termasuk Instagram, Facebook, X (twitter), Tiktok dan Youtube.