Dailykaltim.co – Setelah bertahun-tahun menanti, warga Distrik Kurik, Kabupaten Merauke, Papua Selatan, akhirnya dapat merealisasikan keinginan mereka untuk memiliki lahan pertanian padi. Kementerian Pertanian (Kementan) telah membuka 1.000 hektare lahan sawah baru di wilayah tersebut, sebuah langkah yang diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.
Albertus Mahuse, Ketua adat dari salah satu marga di Kampung Kaliki, Distrik Kurik, menjelaskan bahwa warga telah mengajukan permintaan selama lima tahun agar lahan mereka bisa dimanfaatkan. Baru kali ini pemerintah membantu dengan membuka lahan seluas 1.000 hektare yang tersebar di tiga titik.
“Kami sepakat untuk membuka lahan persawahan. Yang siap dibuka ada 1.000 ha dan yang sekarang ada 200 ha kemudian 700 ha ada di belakang yang sementara sudah dikerjakan dan 100 ha nya di sini, di pertengahan,” ujar Albertus.
Albertus mengungkapkan, lahan sawah tersebut sementara akan dikelola oleh masyarakat setempat. Namun, mengingat luas lahan yang besar, ada kemungkinan lahan tersebut akan disewakan jika masyarakat merasa tidak mampu mengelola semuanya sendiri.
“Ya, itu pun sudah ada kesepakatan. Nanti lahan 200 ha ini masyarakat sudah bekerja. Kalau sudah tidak mampu lagi dengan persawahan yang lain, bisa dimasukkan sewa. Nanti ada orang yang bantu,” ungkapnya.
Warga setempat juga telah mempersiapkan alat mesin pertanian (alsintan) seperti combine harvester, transplanter, traktor, dan pompa air untuk mendukung aktivitas pertanian.
“Kami akan mengusulkan Pak Menteri besok alat excavator, semua. Sudah dibantu sementara dan nanti kami akan bekerja dan akan meminta pertolongan kepada pemerintah alat-alat pengolahan; jonder, traktor, pompa air, termasuk benih. Ya combine juga,” sebutnya.
Namun, ia menyadari bahwa kemampuan warga dalam bertani masih terbatas. Oleh karena itu, ia berharap Kementerian Pertanian terus memberikan pendampingan dan pelatihan dalam pengelolaan lahan sawah baru ini.
“Termasuk besok kami juga akan minta pemerintah tetap membantu dan membina kami, jangan hanya sebatas dikerjakan kemudian dilepas. Kami akan minta tetap ada pendampingan, ada pelatihan,” harapnya.
Sebelum membuka lahan sawah baru, warga Distrik Kurik juga menggelar upacara adat sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur dan untuk memastikan kelancaran pekerjaan di lahan tersebut. Ritual tersebut dipercaya mampu mendatangkan restu, dan hingga saat ini tidak ada kendala dalam pengelolaan lahan baru.
“Sebelumnya kami mohon pamit kepada leluhur yang menempati lebih awal sebelum kami sehingga kami buat suatu upacara adat supaya mereka bisa merestui. Setelah kami buat ritual itu, besoknya mereka mulai bekerja sampai saat ini tidak ada hambatan,” ungkap Albertus.
Piloting kegiatan cetak sawah ini dilakukan di lahan milik lima marga, yakni Mahuze, Kaize, Balagaize, Ndiken, dan Gabze.
“Jadi di sini kami sudah sepakat membuat persawahan di sini. Beberapa marga sudah sepakat sehingga kami siap untuk membuat persawahan di lahan ini,” kata Albertus.
Sementara itu, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyatakan bahwa pemerintah tengah membangun infrastruktur pendukung seperti irigasi dan akses jalan menuju persawahan. Menurutnya, cetak sawah ini penting untuk memenuhi kebutuhan pangan bagi generasi mendatang di tengah pertumbuhan penduduk yang terus meningkat.
“Kenapa harus ada cetak sawah? Tiap tahun ada pertambahan penduduk 3,5 juta. Selama 10 tahun artinya pertambahan 35 juta. Iya kan? Nah ini yang harus dipersiapkan pangannya, setiap kelahiran ini harus disiapkan pangannya untuk Indonesia, sehingga, kita harus cetak sawah untuk penyediaan lahan pertanian baru,” katanya.
[UHD]
*Dapatkan berita pilihan terbaru setiap hari dari Dailykaltim.co. Informasi terbaru juga dapat dilihat dan diikuti di seluruh media sosial Dailykaltim.co termasuk Instagram, Facebook, X (twitter), Tiktok dan Youtube.