Dailykaltim.co – Pemandangan Menara Eiffel, suara riuh Las Ramblas, hingga gemericik air di Air Mancur Trevi kerap jadi latar foto liburan yang menawan. Namun di balik momen itu, ada kenyataan yang kurang menyenangkan: pencopet mengintai, nyaris tak terlihat, namun kerap menorehkan kerugian nyata bagi wisatawan.
Laporan terbaru dari situs perjalanan Picking Faces mengungkap tujuh destinasi wisata dunia yang paling rawan pencopetan. Barcelona menempati urutan teratas, khususnya di kawasan Las Ramblas. Menyusul di belakangnya adalah Menara Eiffel di Paris, Air Mancur Trevi di Roma, dan Jembatan Charles di Praha. Dalam daftar yang sama, museum dan pusat kota di negara-negara Eropa Barat juga mendominasi. Kota-kota di Prancis, Italia, Spanyol, hingga Turki masuk dalam radar merah karena laporan wisatawan yang kehilangan dompet, paspor, dan barang berharga lainnya.
Tapi pertanyaannya, bagaimana riset ini dilakukan? Apakah berdasarkan laporan resmi dari kepolisian, asuransi perjalanan, atau hanya kompilasi keluhan di media sosial? Tidak ada penjelasan rinci soal metodologi, dan ini penting. Pasalnya, label “rawan copet” bisa berdampak pada citra pariwisata suatu negara. Tanpa data yang kuat dan transparan, publik hanya digiring pada narasi ketakutan yang belum tentu akurat.
Meski begitu, fenomena pencopetan bukan isapan jempol. Modusnya beragam, mulai dari pura-pura membantu, menanyakan arah jalan, hingga menumpahkan cairan ke tubuh turis. Dalam banyak kasus, para pelaku bekerja berkelompok. Ada yang bertugas mengalihkan perhatian, sementara lainnya bergerak mengambil barang korban. Situasi padat seperti antrean metro, pertunjukan jalanan, dan kerumunan di spot foto menjadi lahan empuk bagi pencopet yang beroperasi dengan cepat dan nyaris tanpa suara.
Sebagian turis baru menyadari barangnya hilang setelah berpindah lokasi. Smartphone, dompet, bahkan paspor raib tanpa jejak. Ironisnya, banyak dari mereka justru berada di tengah kerumunan, merasa aman karena ramai. Padahal justru di sanalah para pencopet bersembunyi—mengincar turis yang sibuk mengabadikan momen, tidak awas pada tas di bahu atau ransel di punggung.
Peringatan ini tentu tidak untuk menakut-nakuti, melainkan jadi pengingat. Liburan tetap bisa menyenangkan tanpa mengabaikan kewaspadaan. Menggunakan tas anti-copet, menyimpan paspor di money belt tersembunyi, serta tidak menaruh dompet di saku belakang adalah langkah sederhana yang bisa menghindarkan dari kerugian besar. Kamera boleh fokus ke menara, tapi mata tetap harus awas ke sekitar.
Pihak berwenang di beberapa kota wisata memang telah meningkatkan patroli, memasang kamera pengawas, dan memasukkan edukasi anti-pencopetan dalam brosur turis. Namun pertanyaannya: apakah cukup? Dan apakah data pencopetan benar-benar menurun, atau justru meningkat karena makin banyak turis yang melapor?
Ketika popularitas sebuah tempat melonjak, risiko semacam ini memang ikut meningkat. Tapi alih-alih menjauhi destinasi indah itu, para wisatawan bisa mengambil satu sikap sederhana: nikmati perjalanan, tapi jangan pernah abaikan sekeliling. Karena copet tidak memilih korban dari dompet, tapi dari siapa yang paling tidak siap.
[PRD]
*Dapatkan berita pilihan terbaru setiap hari dari Dailykaltim.co. Informasi terbaru juga dapat dilihat dan diikuti di seluruh media sosial Dailykaltim.co termasuk Instagram, Facebook, X (twitter), Tiktok dan Youtube.