Dailykaltim.co, Penajam – Penentuan lokasi penelitian kesehatan bukan perkara sembarang tunjuk peta. Di balik itu, ada kalkulasi panjang, analisa tren penyakit, hingga pembacaan menyeluruh terhadap kondisi lingkungan dan kerentanan warga.
Itulah yang kini tengah dilakukan Dinas Kesehatan Penajam Paser Utara (PPU) bersama Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur dalam program uji serologi dan pemetaan penyakit menular, terutama malaria dan demam berdarah dengue (DBD).
“Untuk menentukan wilayah-wilayah itu kemarin banyak pertimbangannya, salah satunya kasus malaria tiga tahun terakhir dan DBD,” kata Penata Kelola Layanan Kesehatan Dinas Kesehatan PPU, Harjito Ponco Waluyo.
Dari berbagai wilayah di PPU, delapan desa dan kelurahan terpilih sebagai lokasi penelitian bersama. Ini bukan tanpa alasan. Setiap lokasi mewakili pola penyakit yang berbeda, baik berdasarkan data kasus tahunan maupun karakter lingkungan. Salah satu titik yang disorot adalah Kelurahan Sotek, yang dikenal memiliki riwayat kasus malaria cukup tinggi.
“Misalnya Sotek, itu mewakili kasus malaria, kemudian Bumi Harapan itu mewakili DBD yang kemarin mewakili IKN kasusnya tinggi, termasuk Tengin Baru kasusnya tinggi,” ujar Harjito.
Dalam narasi pengendalian penyakit menular di daerah perbatasan dan wilayah penyangga Ibu Kota Nusantara (IKN), Bumi Harapan dan Tengin Baru menjadi penting. Kedua wilayah ini sempat menjadi sorotan akibat lonjakan DBD di tengah meningkatnya aktivitas pembangunan dan migrasi tenaga kerja.
Namun perhatian tidak hanya tertuju pada kasus DBD. Di kawasan seperti Semoi II dan Bukit Subur, masalah ganda muncul: malaria dan DBD hidup berdampingan dalam jangka waktu yang berdekatan.
“Untuk Semoi II itu mewakili DBD dan Malaria, karena dua tahun terakhir masih ada ditemukan kasus malaria di sana,” kata Harjito.
Pola serupa juga diamati di Bukit Subur. Meski secara geografis tidak terisolasi, wilayah ini tetap menyumbang angka kasus malaria dalam dua tahun terakhir.
“Termasuk juga di Bukit Subur, dua tahun terakhir masih ada ditemukan kasus malaria,” tambahnya.
Langkah penentuan lokasi ini tak hanya bersandar pada angka kasus. Ada elemen lingkungan yang ikut memengaruhi keputusan. Karakter lahan, kelembapan, akses air bersih, serta tingkat kepadatan pemukiman menjadi faktor pelengkap.
“Jadi, termasuk alasan lingkungan dan kasus yang menjadikan kita alasan untuk menentukan wilayah-wilayah itu,” ucap Harjito.
[RRI | ADV DISKOMINFO PPU]
*Dapatkan berita pilihan terbaru setiap hari dari Dailykaltim.co. Informasi terbaru juga dapat dilihat dan diikuti di seluruh media sosial Dailykaltim.co termasuk Instagram, Facebook, X (twitter), Tiktok dan Youtube.