Dailykaltim.co, Penajam – Setelah keberhasilan Pantai Nipah-nipah masuk 50 besar Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2024, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) tengah bersiap mengajukan dua destinasi baru untuk mengikuti ajang serupa pada tahun 2025.
Namun, langkah itu belum sepenuhnya mulus karena masih ada sejumlah syarat administratif dan persoalan status aset yang harus dituntaskan lebih dahulu.
“Belum ada informasi dari Kementerian, karena ini kan juga lagi masa transisi Menteri. Kalau kemarin itu Pak Sandiaga Uno. ADWI itu setiap tahun,” ujar Kabid Pariwisata dan Pemasaran Disbudpar PPU, Juzlizar Rakhman, mewakili Kepala Disbudpar PPU, Andi Israwati Latief.
Sejak diluncurkan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) pada 2021, program ADWI menjadi salah satu ajang paling bergengsi dalam pemeringkatan dan pengembangan desa wisata di Indonesia. Melalui ajang ini, desa-desa wisata yang masuk dalam daftar kurasi akan mendapatkan berbagai bentuk dukungan mulai dari pelatihan, promosi, hingga penguatan infrastruktur dari kementerian.
Untuk tahun 2025, Disbudpar PPU menyiapkan dua destinasi andalan yang dianggap memenuhi kriteria dan punya potensi besar berkembang secara berkelanjutan. Namun, kedua kawasan tersebut masih harus dilengkapi dengan dokumen formal sebagai prasyarat utama.
“Ada dua, cuma dia posisinya harus dilengkapi dengan SK Kampung Wisata atau SK Desa Wisata. Itu yang harus kita lengkapi,” jelas Juzlizar.
Dua destinasi yang dimaksud adalah Ecowisata Mangrove di kawasan Kampung Baru dan Pantai Tanjung Jumlai di pesisir utara Penajam. Kedua tempat ini telah dikenal sebagai tujuan wisata favorit masyarakat lokal dan memiliki daya tarik alam yang khas, namun belum memiliki pengakuan formal dalam bentuk surat keputusan sebagai desa wisata.
“Kalau saya sih dua itu karena kita pesisir, ya Ecowisata Mangrove dan Pantai Tanjung Jumlai. Itu yang perlu kita support ke depannya,” lanjutnya.
Ecowisata Mangrove dinilai memiliki keunikan karena menyajikan pengalaman edukatif di tengah kawasan hutan mangrove alami yang masih lestari. Lokasi ini juga dekat dengan Jembatan Kampung Baru dan menjadi jalur alternatif wisatawan dari dan ke Balikpapan. Sementara Pantai Tanjung Jumlai telah menjadi primadona setiap libur panjang, dengan jumlah pengunjung terbanyak selama libur Lebaran tahun ini.
Namun, upaya pengembangan dua kawasan ini juga masih terbentur pada isu klasik: belum adanya kejelasan status lahan atau aset yang dapat dikelola langsung oleh pemerintah daerah. Hal ini membuat pembangunan fasilitas permanen—seperti musala, jalur pedestrian, atau pusat informasi—tidak bisa dilaksanakan sepenuhnya.
“Yang agak repot di tempat wisata kita itu masih seputaran aset, jadi kita belum bisa maksimal membangun tempat wisata buatan,” ujar Juzlizar.
[RRI | ADV DISKOMINFO PPU]
*Dapatkan berita pilihan terbaru setiap hari dari Dailykaltim.co. Informasi terbaru juga dapat dilihat dan diikuti di seluruh media sosial Dailykaltim.co termasuk Instagram, Facebook, X (twitter), Tiktok dan Youtube.