Dailykaltim.co, Balikpapan – Sejumlah kawula muda di Balikpapan mengambil inisiatif luar biasa dalam merayakan Hari Perempuan Internasional (IWD) pada Sabtu (17/3/2024) malam. Tidak hanya sekadar merayakan, tetapi juga membuka ruang diskusi yang mendalam tentang isu yang relevan dan mendesak bertajuk “Pelanggengan Kekerasan Simbolik dan Keterlibatan Perempuan dalam Perjuangan”.
Kegiatan yang digelar sebagai bagian dari momentum IWD ini juga bentuk dukungan dari beberapa organisasi, termasuk Savrinadeya Support Grup, Sandyakala Zine, DPC Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia (Gerkatin) Kota Balikpapan, serta Lintas Komunal, disertai dengan dukungan individu yang peduli dengan isu-isu tersebut.
Diskusi ini menjadi forum bagi pemantik dari berbagai latar belakang untuk menyuarakan pemikiran mereka. Salah satu yang turut berbicara adalah perwakilan dari organisasi pendampingan korban kekerasan seksual dan isu kesehatan mental, Savrinadeya Support Grup, Nelly.
Dalam pandangannya, kekerasan simbolik adalah bentuk kekerasan yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari namun sering kali diabaikan oleh masyarakat.
Nelly memberikan contoh bagaimana tugas-tugas domestik cenderung mengukuhkan peran ganda perempuan, yang pada akhirnya membentuk perspektif yang merugikan dan memungkinkan perilaku yang tidak terpuji.
“Hal ini juga menjadi jawaban mengapa kebanyakan korban kekerasan adalah perempuan,” bebernya.
Lebih lanjut, Nelly menyampaikan pentingnya membangun ruang aman yang sejati. Menurutnya, membangun ruang aman bukan sekadar membuat simbolisasi dengan mendirikan rumah aman, tetapi juga membangun perspektif yang merata dan mendorong tindakan yang setara di antara semua individu.
“Membangun ruang aman, berarti membangun perspektif dan membiasakan bertindak setara, bukan seperti simbol yang dilakukan oleh negara dengan membangun rumah aman,” tambahnya.
Ironisnya, banyak kasus korban di rumah aman yang ternyata masih terpapar dengan berbagai bentuk kekerasan, menyoroti kelemahan dalam pendekatan yang sebelumnya dianggap sebagai solusi.

Di sisi lain, Tari, perwakilan dari organisasi kaum muda sosialis, Lintas Komunal, menyampaikan pandangannya terhadap peringatan IWD. Baginya, IWD bukan hanya sekadar perayaan, tetapi juga peringatan akan perlawanan perempuan terhadap segala bentuk ketidaksetaraan dan ketidakadilan.
Menurutnya, ruang aman yang menjadi fokus diskusi bukanlah sekadar tempat untuk berbagi cerita, tetapi juga panggung bagi perjuangan nyata.
“Dorongan ruang aman harus disadari untuk menjadikan gerakan nyata, agar kesadaran yang diperoleh benar-benar mendorong perjuangan hak-hak perempuan,” ujarnya.
Tari juga menyoroti bahwa cerita-cerita di dalam ruang aman seharusnya tidak hanya menjadi alat untuk memperkuat narasi diskriminasi terhadap korban, melainkan harus dibangun sebagai landasan perjuangan.
Dalam konteks ini, ia menekankan pentingnya mengubah narasi menjadi aksi nyata yang dapat membawa perubahan sosial yang signifikan.
“Dorongan ruang aman harusnya disadari untuk menjadikan gerakannya sebagai ruang aksi, agar kesadaran yang diperolah ialah kesadaran memperjuangkan nasibnya,” bebernya.
Melalui diskusi yang mendalam dan reflektif ini, kawula muda di Balikpapan telah berhasil membuka ruang untuk pengembangan pemikiran dan tindakan konstruktif dalam perjuangan melawan kekerasan simbolik dan segala bentuk ketidaksetaraan gender.
Bahkan, teman tuli yang tergabung di DPC Gerkatin Balikpapan turut menyampaikan pandangan serta kisah-kisah dari pengalama empirik dari kekerasan simbolik serta pengalaman mereka yang kerap kali mendapat kekerasan berlapis.
Inisiatif semacam ini menegaskan bahwa peringatan IWD bukanlah sekadar seremonial, tetapi juga panggilan untuk bertindak nyata demi mewujudkan kesetaraan dan keadilan bagi semua.
[RRI]
*Dapatkan berita pilihan terbaru setiap hari dari Dailykaltim.co. Informasi terbaru juga dapat dilihat dan diikuti di seluruh media sosial Dailykaltim.co termasuk Instagram, Facebook, X (twitter), Tiktok dan Youtube.