Dailykaltim.co, Penajam – Dalam upaya menekan laju penyebaran penyakit demam berdarah dengue (DBD), Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) mencatatkan langkah strategis dengan ditunjuknya Desa Sukomulyo, Kecamatan Sepaku, sebagai lokasi proyek percontohan kampung bebas jentik. Proyek ini tak hanya menjadi inisiatif lokal, tetapi juga bagian dari program nasional yang didukung oleh lembaga kesehatan ternama dunia.
“Kemudian langkah berikutnya kemarin kita ada kampung bebas jentik,” kata Penata Kelola Layanan Kesehatan Dinas Kesehatan (Dinkes) PPU, Harjito Ponco Waluyo. Ia menyebut, PPU menjadi salah satu dari hanya enam kabupaten dan kota di Indonesia yang dipercaya oleh pusat sebagai lokasi percontohan.
Proyek kampung bebas jentik ini menjadi istimewa karena pendanaannya berasal dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC), lembaga pengendalian penyakit milik Pemerintah Amerika Serikat. Program ini merupakan wujud kerja sama antara Kementerian Kesehatan RI dan mitra internasional dalam meningkatkan kapasitas penanggulangan DBD di level komunitas.
“Kita merupakan yang dilakukan oleh pusat, ada enam kabupaten dan kota di seluruh Indonesia yang dijadikan proyek percontohan kampung bebas jentik yang didanai oleh CDC (Centers for Disease Control and Prevention) USA,” ujar Harjito.
Di Desa Sukomulyo, sebanyak 14 kader kesehatan telah dilatih untuk menjalankan kegiatan pemantauan dan pemberantasan sarang nyamuk secara sistematis. Pelatihan ini menjadi fondasi dari rangkaian aktivitas yang akan berlangsung hingga akhir 2025. Para kader ini bukan hanya berperan sebagai pengawas lingkungan, tetapi juga sebagai agen edukasi masyarakat.
“Jadi, desa yang ditunjuk kemarin Desa Sukomulyo, Kecamatan Sepaku, itu ada 14 kader dilatih dan itu nanti sampai 2025 ini melakukan kegiatan,” ujarnya.
Penunjukan Sukomulyo sebagai lokasi awal bukan tanpa alasan. Harjito mengungkapkan bahwa penilaian dilakukan berdasarkan berbagai indikator, termasuk tingkat kepedulian warga dan kesiapan fasilitas kesehatan setempat. Dalam hal ini, puskesmas menjadi pihak yang memberikan rekomendasi utama.
“Itu tadi penunjukannya karena paling tidak bisa mewakili, dia punya kepedulian, kemudian yang menunjuk itu puskesmas,” katanya.
Uniknya, meski Desa Tengin Baru memiliki jumlah kasus DBD yang lebih tinggi dari Sukomulyo, pemilihan lokasi dimulai dari Sukomulyo terlebih dahulu. Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan program tidak semata-mata berbasis angka kasus, tetapi juga mempertimbangkan kesiapan komunitas sebagai mitra pelaksana.
“Walaupun di beberapa kasus Desa Tengin Baru lebih tinggi kasusnya daripada Sukomulyo, tetapi diawali dari Sukomulyo dulu untuk mengawali kegiatan itu,” terang Harjito.
Ia menegaskan, upaya ini diharapkan menjadi pemantik gerakan serupa di desa-desa lain di PPU. Dengan dukungan dari pemerintah pusat, lembaga internasional, dan kesadaran warga, program kampung bebas jentik berpeluang menjadi model yang berkelanjutan dan efektif dalam menekan angka kasus DBD secara nasional.
“Harapan kita nanti dari Desa Sukomulyo bisa menyebar ke tempat-tempat yang lain,” pungkasnya.
[RRI | ADV DISKOMINFO PPU]
*Dapatkan berita pilihan terbaru setiap hari dari Dailykaltim.co. Informasi terbaru juga dapat dilihat dan diikuti di seluruh media sosial Dailykaltim.co termasuk Instagram, Facebook, X (twitter), Tiktok dan Youtube.