Dailykaltim.co, Penajam – Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) terus berupaya mencapai predikat Kabupaten Layak Anak (KLA), namun beberapa tantangan besar masih menghambat pencapaian tersebut. Salah satu faktor yang memengaruhi penilaian KLA di PPU adalah tingginya angka pernikahan usia anak dan masalah gizi kurang di beberapa wilayah.
Tantangan ini menjadi perhatian serius, mengingat kedua indikator ini memiliki dampak signifikan terhadap penilaian KLA.
Kepala Bidang Pemenuhan Hak Anak dan Perempuan (PPHAP) DP3AP2KB PPU, Nurkaidah, menyatakan bahwa kasus pernikahan usia anak tersebar di hampir semua kecamatan di PPU. Kasus ini tidak hanya berdampak pada kesejahteraan anak, tetapi juga memengaruhi perolehan nilai dalam penilaian KLA.
“Kita itu terbantunya dari desa dan kelurahan. Kemudian, kasus pernikahan usia anak itu hampir di setiap kecamatan ada, itu bisa membuat penilaian turun,” ujar Nurkaidah.
Menurutnya, pernikahan usia anak menjadi salah satu persoalan yang sulit untuk ditangani dalam waktu singkat. Upaya untuk menurunkan angka pernikahan di bawah umur ini membutuhkan intervensi lintas sektoral dan dukungan penuh dari pemerintah desa dan kelurahan.
Masyarakat di beberapa kecamatan masih memegang budaya yang memperbolehkan pernikahan di usia muda, sehingga perubahan mindset menjadi kunci utama untuk mengatasi permasalahan ini.
Selain pernikahan usia anak, masalah gizi kurang juga menjadi tantangan serius bagi PPU dalam mencapai penilaian KLA yang lebih baik. Tingkat gizi yang rendah pada anak-anak tidak hanya mempengaruhi kesehatan mereka, tetapi juga menjadi salah satu faktor yang dapat menjatuhkan nilai penilaian KLA.
“Untuk mengembalikan indikator itu normal itu butuh waktu. Termasuk gizi kurang, itu juga bisa membuat nilai anjlok,” jelas Nurkaidah.
[RRI | ADV DP3AP2KB PPU]
*Dapatkan berita pilihan terbaru setiap hari dari Dailykaltim.co. Informasi terbaru juga dapat dilihat dan diikuti di seluruh media sosial Dailykaltim.co termasuk Instagram, Facebook, X (twitter), Tiktok dan Youtube.