Dailykaltim.co, Penajam – Dalam upaya menekan penyebaran penyakit demam berdarah dengue (DBD), Pemerintah Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) telah mengidentifikasi beberapa desa yang berhasil mempertahankan status bebas jentik dalam tiga tahun terakhir. Di antara desa-desa yang telah berhasil mencapainya, Desa Wonosari Babulu dan Sepan tampil sebagai contoh sukses dalam pengendalian DBD.
“Kalau tahun ini, yang desa dan kelurahan yang bebas jentik dalam tiga tahun terakhir ini sebenarnya ada, Desa Wonosari Babulu dan Sepan,” ujar Harjito Ponco Waluyo, Penata Kelola Layanan Kesehatan Dinas Kesehatan PPU. Ia menjelaskan bahwa kedua desa ini menunjukkan komitmen luar biasa dalam menjaga kebersihan lingkungan dan mencegah berkembang biaknya jentik nyamuk penyebab DBD.
Hasil ini semakin mencolok mengingat tidak ditemukannya kasus DBD di dua desa tersebut dalam tiga tahun terakhir. Bahkan, jika tren ini terus berlanjut, Desa Sepan dan Wonosari Babulu berpotensi mengukir sejarah dengan tidak ditemukannya kasus DBD hingga tahun 2025, yang berarti hampir tiga setengah tahun bebas dari penyakit yang menjadi perhatian dunia ini.
“Itu tiga tahun terakhir ini alhamdulillah tidak kita temukan kasus DBD. Kalau sampai 2025 ini hampir 3,5 tahun tidak ada kasus DBD,” lanjut Harjito, mengungkapkan rasa syukurnya atas pencapaian ini.
Menurutnya, salah satu faktor yang memengaruhi keberhasilan dua desa tersebut adalah keberhasilan dalam menanggulangi sumber-sumber potensial penyebaran penyakit. Di Desa Sepan, salah satu faktor penunjangnya adalah sistem pengelolaan sumber air yang tidak bergantung pada air tadah hujan, yang seringkali menjadi media berkembang biaknya jentik nyamuk. Sumber air yang lebih terkontrol mengurangi kemungkinan tempat berkembang biak bagi nyamuk Aedes aegypti, penyebab DBD.
“Yang menyebabkan itu mungkin tidak ada sebaran jentiknya, terus itu tadi mereka misalnya di Sepan itu airnya enggak tadah hujan sumber airnya,” jelas Harjito, menambahkan bahwa pengelolaan air yang baik berperan penting dalam memutus rantai penularan DBD.
Namun, tantangan yang dihadapi oleh wilayah lain di PPU, seperti Desa Sukomulyo, masih cukup besar. Desa ini terbilang rawan karena sering dilanda banjir, yang menciptakan genangan air yang bisa menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk. Namun, meskipun begitu, upaya pengawasan dan pencegahan terus dilakukan.
“Kalau di Sukomulyo saya kemarin ke sana, sering banjir kan di sana, makanya kemarin kita ke sana melakukan pemeriksaan jentik,” ujar Harjito, yang mengungkapkan bahwa pihaknya selalu berupaya mengunjungi dan memeriksa kondisi desa tersebut guna mengurangi risiko penyebaran DBD.
Meski demikian, Harjito tetap optimistis dengan upaya yang telah dilakukan. Dengan kesadaran masyarakat yang tinggi serta kebijakan yang terus diperkuat oleh Dinkes PPU, angka kejadian DBD dapat ditekan lebih lanjut, bahkan mencapai target yang ambisius.
“Jadi kalau bisa menekan kita lebih dari 95 persen itu inshallah kejadian DBD itu enggak ada,” tegasnya.
[RRI | ADV DISKOMINFO PPU]
*Dapatkan berita pilihan terbaru setiap hari dari Dailykaltim.co. Informasi terbaru juga dapat dilihat dan diikuti di seluruh media sosial Dailykaltim.co termasuk Instagram, Facebook, X (twitter), Tiktok dan Youtube.